Sleman - Upacara adat di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), harus bebas atau tidak boleh dimanfaatkan untuk kampanye pemilu kepala daerah (Pilkada) Sleman.
"Dalam waktu dekat Sleman kembali menggelar tiga upacara adat yang banyak dinanti masyarakat dan wisatawan, namun kegiatan budaya tersebut tidak boleh disusupi kepentingan kampanye pilkada," kata Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata (Disbudpar) Sleman Untoro Budiharjo, Selasa.
Ia menyebutkan pada upacara adat itu di antaranya disertai dengan karnaval budaya yang juga diikuti pejabat pemerintah maupun muspika setempat. "Oleh karena itu, dalam kegiatan tersebut tidak boleh ada atribut kampanye pilkada," katanya.
Untoro mengatakan apabila nanti Plt (Pelaksana tugas) Bupati Sleman Sri Purnomo yang mencalonkan diri sebagai calon bupati diundang untuk mengikuti karnaval budaya dalam upacara adat Saparan Bekakak di Kecamatan Gamping, itu bukan merupakan kampanye terselubung.
"Keikutsertaan Sri Purnomo atas undangan dari pihak penyelenggara, dan itu tidak ada kaitannya dengan kampanye pilkada. Saat ini juga tidak ada undang-undang atau aturan yang melarang pejabat ikut kegiatan masyarakat" katanya.
Tiga upacara adat yang akan digelar di Sleman adalah Saparan Ki Ageng Wonolelo, yang acara puncaknya dilaksanakan pada Kamis malam, 21 Januari di Pondok Wonolelo, Widodomartani, Kecamatan Ngemplak.
Kemudian upacara adat Merti Bumi pada Minggu 24 Januari di Wonokerto, Kecamatan Turi, dan Saparan Bekakak pada Jumat 29 Januari di Banyuraden, Kecamatan Gamping.
"Rangkaian upacara adat Saparan Ki Ageng Wonolelo dilaksanakan dari tanggal 8 Januari hingga 23 Januari di Pondok Wonolelo, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak," katanya.
Puncak acaranya pada Kamis Wage, malam Jumat 21 Januari mulai pukul 19.30 WIB, berupa kirab pusaka Ki Ageng Wonolelo dari halaman masjid peninggalan Ki Ageng Wonolelo menuju makam Ki Ageng Wonolelo.
Kirab dilakukan sesepuh trah, putro wayah, santri, alim ulama, prajurit, dan berbagai kelompok kesenian. Kemudian dilanjutkan dengan penyebaran apem (makanan yang terbuat dari beras ketan) seberat satu ton kepada pengunjung.
"Ki Ageng Wonolelo dengan nama asli Jumadi Geno merupakan keturunan Prabu Brawijaya V, sekaligus tokoh penyebar agama Islam pada masa Kerajaan Mataram," katanya.
Ia bermukim di Dusun Pondok Wonolelo, dan memiliki ilmu kebatinan yang tinggi pada masa itu.
Sebagai seorang panutan yang memiliki ilmu tinggi, Ki Ageng Wonolelo banyak mewariskan peninggalan berupa tapak tilas dan pusaka atau jimat serta benda keramat lainnya.
"Pusaka, jimat dan berbagai benda keramat peninggalan Ki Ageng Wonolelo ini yang kemudian dikirabkan setiap bulan Sapar," katanya.
Sedangkan upacara adat Merti Bumi Tunggularum akan digelar mulai 21 Januari hingga 24 Januari di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi.
"Upacara adat Merti Bumi Tunggularum disamping merupakan wujud kesadaran dan rasa syukur akan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, juga untuk meningkatkan serta mengembangkan seni tradisi budaya di masyarakat tradisional pedesaan yang diarahkan pada pengembangan pariwisata," katanya.
Upacara adat Merti Bumi ini dikemas dalam berbagai bentuk kegiatan yang meliputi prosesi pengambilan air suci dari empat penjuru, parade seni dan budaya, pajupat siji pancer, pengajian serta mujahadah, pameran potensi masyarakat dan bazar.
Pada puncak acara itu, dilakukan kirab pusaka Kyai Tunggulwulung, kirab tumpeng wulu wetu, kirab tumpeng lanang wadon, tari persembahan, gunungan salak, pelepasan burung, gejog lesung, serta tampilnya prajurit "pager bumi".
Sementara itu, upacara adat Saparan Bekakak akan dilaksanakan di penghujung Januari, tepatnya pada Jumat 29 Januari di Ambarketawang, Kecamatan Gamping.
"Pada tahun ini upacara adat Saparan Bekakak akan dikemas dengan nuansa tradisional modern dengan melibatkan berbagai komunitas di antaranya komunitas vespa, jeep, mobil willis, sepeda onthel, serta tampilnya prajurit tradisional dan kesenian tradisional," katanya. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com
"Dalam waktu dekat Sleman kembali menggelar tiga upacara adat yang banyak dinanti masyarakat dan wisatawan, namun kegiatan budaya tersebut tidak boleh disusupi kepentingan kampanye pilkada," kata Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata (Disbudpar) Sleman Untoro Budiharjo, Selasa.
Ia menyebutkan pada upacara adat itu di antaranya disertai dengan karnaval budaya yang juga diikuti pejabat pemerintah maupun muspika setempat. "Oleh karena itu, dalam kegiatan tersebut tidak boleh ada atribut kampanye pilkada," katanya.
Untoro mengatakan apabila nanti Plt (Pelaksana tugas) Bupati Sleman Sri Purnomo yang mencalonkan diri sebagai calon bupati diundang untuk mengikuti karnaval budaya dalam upacara adat Saparan Bekakak di Kecamatan Gamping, itu bukan merupakan kampanye terselubung.
"Keikutsertaan Sri Purnomo atas undangan dari pihak penyelenggara, dan itu tidak ada kaitannya dengan kampanye pilkada. Saat ini juga tidak ada undang-undang atau aturan yang melarang pejabat ikut kegiatan masyarakat" katanya.
Tiga upacara adat yang akan digelar di Sleman adalah Saparan Ki Ageng Wonolelo, yang acara puncaknya dilaksanakan pada Kamis malam, 21 Januari di Pondok Wonolelo, Widodomartani, Kecamatan Ngemplak.
Kemudian upacara adat Merti Bumi pada Minggu 24 Januari di Wonokerto, Kecamatan Turi, dan Saparan Bekakak pada Jumat 29 Januari di Banyuraden, Kecamatan Gamping.
"Rangkaian upacara adat Saparan Ki Ageng Wonolelo dilaksanakan dari tanggal 8 Januari hingga 23 Januari di Pondok Wonolelo, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak," katanya.
Puncak acaranya pada Kamis Wage, malam Jumat 21 Januari mulai pukul 19.30 WIB, berupa kirab pusaka Ki Ageng Wonolelo dari halaman masjid peninggalan Ki Ageng Wonolelo menuju makam Ki Ageng Wonolelo.
Kirab dilakukan sesepuh trah, putro wayah, santri, alim ulama, prajurit, dan berbagai kelompok kesenian. Kemudian dilanjutkan dengan penyebaran apem (makanan yang terbuat dari beras ketan) seberat satu ton kepada pengunjung.
"Ki Ageng Wonolelo dengan nama asli Jumadi Geno merupakan keturunan Prabu Brawijaya V, sekaligus tokoh penyebar agama Islam pada masa Kerajaan Mataram," katanya.
Ia bermukim di Dusun Pondok Wonolelo, dan memiliki ilmu kebatinan yang tinggi pada masa itu.
Sebagai seorang panutan yang memiliki ilmu tinggi, Ki Ageng Wonolelo banyak mewariskan peninggalan berupa tapak tilas dan pusaka atau jimat serta benda keramat lainnya.
"Pusaka, jimat dan berbagai benda keramat peninggalan Ki Ageng Wonolelo ini yang kemudian dikirabkan setiap bulan Sapar," katanya.
Sedangkan upacara adat Merti Bumi Tunggularum akan digelar mulai 21 Januari hingga 24 Januari di Desa Wonokerto, Kecamatan Turi.
"Upacara adat Merti Bumi Tunggularum disamping merupakan wujud kesadaran dan rasa syukur akan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, juga untuk meningkatkan serta mengembangkan seni tradisi budaya di masyarakat tradisional pedesaan yang diarahkan pada pengembangan pariwisata," katanya.
Upacara adat Merti Bumi ini dikemas dalam berbagai bentuk kegiatan yang meliputi prosesi pengambilan air suci dari empat penjuru, parade seni dan budaya, pajupat siji pancer, pengajian serta mujahadah, pameran potensi masyarakat dan bazar.
Pada puncak acara itu, dilakukan kirab pusaka Kyai Tunggulwulung, kirab tumpeng wulu wetu, kirab tumpeng lanang wadon, tari persembahan, gunungan salak, pelepasan burung, gejog lesung, serta tampilnya prajurit "pager bumi".
Sementara itu, upacara adat Saparan Bekakak akan dilaksanakan di penghujung Januari, tepatnya pada Jumat 29 Januari di Ambarketawang, Kecamatan Gamping.
"Pada tahun ini upacara adat Saparan Bekakak akan dikemas dengan nuansa tradisional modern dengan melibatkan berbagai komunitas di antaranya komunitas vespa, jeep, mobil willis, sepeda onthel, serta tampilnya prajurit tradisional dan kesenian tradisional," katanya. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com