Denpasar - Pemuka adat dan komponen pariwisata Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali berencana mengembangkan desa tersebut menjadi desa wisata yang berbasis budaya.
Wakil Presiden Federasi Asosiasi Pemandu Wisata Dunia, Nyoman Kandia di Desa Mas, Kabupaten Gianyar, Selasa (16/2/2010) mengatakan, pihaknya bersama pemangku kepentingan pariwisata dan tokoh desa setempat akan secara bersama-sama merancang mengembangkan desa wisata. "Kami akan merancang Desa Mas untuk dikembangkan jadi desa wisata, yang mana sejak zaman dulu desa ini telah terkenal dengan seni patung," katanya.
Dikatakan, warga Desa Mas yang menekuni profesi sebagai pematung mencapai 3.000 orang, baik patung berbahan batu cadas maupun dari kayu. "Pematung yang cukup terkenal dari Desa Mas adalah Ida Bagus Tilem. Dari keterkenalan seorang pematung itu menjadikan desa ini lebih kesohor ke mancanegera," katanya.
"Dengan potensi ini wisatawan yang berkunjung ke desa itu setiap harinya mencapai seribu hingga dua ribu orang," kata pria yang juga pemilik biro perjalanan wisata ini.
Oleh karena itu, kata dia, tokoh adat dan masyarakat setempat diajak bersama-sama membuat perencanaan untuk menjadikan desa ini sebagai desa wisata.
Ia memaparkan, strategi yang akan dilakukan adalah wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat seni budaya masyarakat di desa itu, diharapkan bisa menginap di rumah-rumah penduduk (home stay). "Kami sudah menjajaki pangsa pasar wisatawan yang tertarik untuk mengenal seni dan budaya yang lebih mendalam. Untuk itu perlu penyediaan sarana prasarana yang memadai. Artinya masing-masing rumah tangga yang siap dihuni turis itu harus memenuhi standar," ucap Kandia yang juga tokoh masyarakat Desa Mas.
Ia mengatakan, wisatawan mancanegara yang akan diundang itu nantinya akan tinggal di rumah-rumah penduduk dalam kurun waktu sepekan hingga tiga pekan atau sesuai dengan permintaan dari wisatawan tersebut. "Selama tinggal di sana, mereka akan diperlakukan seperti bagian dari keluarga sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya kalau tamu itu senang seni mematung, mereka akan diajarkan memahat patung," ujarnya.
Menurut Kandia, program desa wisata yang dirancang itu lebih mengarah pada pertukaran budaya, sehingga nantinya diharapkan warga dari Desa Mas juga diundang ke negara asal turis untuk hal yang sama.
"Dengan pengembangkan desa wisata diharapkan masyarakat setempat akan berpenghasilan dari wisatawan itu selama mereka menghinap di rumah penduduk," katanya.
Made Sudiana Bandesa, pemilik Galeri Bidadari menambahkan, ide pengembangan desa wisata di Desa Mas sudah sejak lama direncanakan, namun baru kali ini para tokoh desa dan pemangku kepentingan pariwisata bersiap untuk membangunnya.
"Desa Mas sangat memungkinkan untuk dikembangkan jadi desa wisata, karena lokasi ini sangat berdekatan dengan Desa Ubud. Kalau kita melihat sejarah Desa Ubud berkembang pesat seperti sekarang, dulunya berawal dari warga yang penyewakan home stay kepada wisatawan asing yang berkunjung ke desa tersebut," ucapnya.
Sudiana Bandesa mengatakan, untuk pengembangan desa wisata perlu dilakukan kajian mendalam mengenai kesiapan infrastruktur penunjang kepariwisataan Bali. "Untuk persiapan menggarap desa wisata itu, kami akan mendatangkan konsultan pariwisata dari Belanda," ucapnya.
"Selain itu, Rabu (17/2/2010) juga akan digelar workshop yang mempresentasikan kegiatan tahap awal untuk desa wisata tersebut," katanya.
Sumber: http://travel.kompas.com
Wakil Presiden Federasi Asosiasi Pemandu Wisata Dunia, Nyoman Kandia di Desa Mas, Kabupaten Gianyar, Selasa (16/2/2010) mengatakan, pihaknya bersama pemangku kepentingan pariwisata dan tokoh desa setempat akan secara bersama-sama merancang mengembangkan desa wisata. "Kami akan merancang Desa Mas untuk dikembangkan jadi desa wisata, yang mana sejak zaman dulu desa ini telah terkenal dengan seni patung," katanya.
Dikatakan, warga Desa Mas yang menekuni profesi sebagai pematung mencapai 3.000 orang, baik patung berbahan batu cadas maupun dari kayu. "Pematung yang cukup terkenal dari Desa Mas adalah Ida Bagus Tilem. Dari keterkenalan seorang pematung itu menjadikan desa ini lebih kesohor ke mancanegera," katanya.
"Dengan potensi ini wisatawan yang berkunjung ke desa itu setiap harinya mencapai seribu hingga dua ribu orang," kata pria yang juga pemilik biro perjalanan wisata ini.
Oleh karena itu, kata dia, tokoh adat dan masyarakat setempat diajak bersama-sama membuat perencanaan untuk menjadikan desa ini sebagai desa wisata.
Ia memaparkan, strategi yang akan dilakukan adalah wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat seni budaya masyarakat di desa itu, diharapkan bisa menginap di rumah-rumah penduduk (home stay). "Kami sudah menjajaki pangsa pasar wisatawan yang tertarik untuk mengenal seni dan budaya yang lebih mendalam. Untuk itu perlu penyediaan sarana prasarana yang memadai. Artinya masing-masing rumah tangga yang siap dihuni turis itu harus memenuhi standar," ucap Kandia yang juga tokoh masyarakat Desa Mas.
Ia mengatakan, wisatawan mancanegara yang akan diundang itu nantinya akan tinggal di rumah-rumah penduduk dalam kurun waktu sepekan hingga tiga pekan atau sesuai dengan permintaan dari wisatawan tersebut. "Selama tinggal di sana, mereka akan diperlakukan seperti bagian dari keluarga sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya kalau tamu itu senang seni mematung, mereka akan diajarkan memahat patung," ujarnya.
Menurut Kandia, program desa wisata yang dirancang itu lebih mengarah pada pertukaran budaya, sehingga nantinya diharapkan warga dari Desa Mas juga diundang ke negara asal turis untuk hal yang sama.
"Dengan pengembangkan desa wisata diharapkan masyarakat setempat akan berpenghasilan dari wisatawan itu selama mereka menghinap di rumah penduduk," katanya.
Made Sudiana Bandesa, pemilik Galeri Bidadari menambahkan, ide pengembangan desa wisata di Desa Mas sudah sejak lama direncanakan, namun baru kali ini para tokoh desa dan pemangku kepentingan pariwisata bersiap untuk membangunnya.
"Desa Mas sangat memungkinkan untuk dikembangkan jadi desa wisata, karena lokasi ini sangat berdekatan dengan Desa Ubud. Kalau kita melihat sejarah Desa Ubud berkembang pesat seperti sekarang, dulunya berawal dari warga yang penyewakan home stay kepada wisatawan asing yang berkunjung ke desa tersebut," ucapnya.
Sudiana Bandesa mengatakan, untuk pengembangan desa wisata perlu dilakukan kajian mendalam mengenai kesiapan infrastruktur penunjang kepariwisataan Bali. "Untuk persiapan menggarap desa wisata itu, kami akan mendatangkan konsultan pariwisata dari Belanda," ucapnya.
"Selain itu, Rabu (17/2/2010) juga akan digelar workshop yang mempresentasikan kegiatan tahap awal untuk desa wisata tersebut," katanya.
Sumber: http://travel.kompas.com