Boyolali - Masyarakat di Dukuh Grintingan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa, menggelar upacara "Merti Desa" (bersih desa) sebagai ungkapan syukur karena kawasan itu bebas dari bencana.
Masyarakat tampak mengenakan pakaian lengkap khas Jawa, membawa sesaji antara lain berupa nasi tumpeng dan berbagai buah-buahan.
Mereka kirab mengelilingi Desa Lencoh dengan tabuhan berbagai alat musik tradisional pengiring kesenian rakyat Lencoh diantaranya musik bambu yang disebut "Tanen" dan kesenian Jaran Gunung (Janung).
Mereka tampak berjalan kaki dalam ritual sesaji itu dari desanya menuju sumber air Salam, di lereng Gunung Merbabu, yang berjarak sekitar satu kilometer.
Tokoh masyarakat Desa Lencoh, Subagiyo Hari Utomo, menjelaskan, ritual sesaji itu sebagai ungkapan syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan keselamatan masyarakat dari berbagai musibah di lereng Merbabu.
"Upacara ritual sesaji di Desa Lencoh dilakukan masyarakat setempat setiap pertengahan Bulan Sapar dalam penanggalan Jawa," katanya.
Masyarakat setempat, katanya, menganggap keramat sumber air Salam.
Pada kesempatan itu mereka juga menanam bibit pohon trembesi sebagai simbol penghargaan warga terhadap alam sekitarnya.
Mereka kemudian kembali ke desanya untuk menyaksikan berbagai kesenian rakyat seperti Tanen, Janung, dan Buto Krasak.
Ia mengatakan, ritual itu juga sebagai doa masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik di desa itu pada masa mendatang.
Ritual yang diwarnai dengan pentas kesenian rakyat itu, katanya, sesungguhnya menyimpan berbagai nilai kearifan lokal yang selama ini dilestarikan oleh masyarakat agraris setempat. "Mereka melakukan konservasi alam," katanya.
Pada kesempatan itu, kalangan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Yogyakarta mementaskan berbagai kesenian seperti musik, tari, teater, dan wayang kontemporer.
Tradisi budaya itu bisa menjadi agenda tahunan yang bermanfaat bagi pengembangan pariwisata. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com
Masyarakat tampak mengenakan pakaian lengkap khas Jawa, membawa sesaji antara lain berupa nasi tumpeng dan berbagai buah-buahan.
Mereka kirab mengelilingi Desa Lencoh dengan tabuhan berbagai alat musik tradisional pengiring kesenian rakyat Lencoh diantaranya musik bambu yang disebut "Tanen" dan kesenian Jaran Gunung (Janung).
Mereka tampak berjalan kaki dalam ritual sesaji itu dari desanya menuju sumber air Salam, di lereng Gunung Merbabu, yang berjarak sekitar satu kilometer.
Tokoh masyarakat Desa Lencoh, Subagiyo Hari Utomo, menjelaskan, ritual sesaji itu sebagai ungkapan syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan keselamatan masyarakat dari berbagai musibah di lereng Merbabu.
"Upacara ritual sesaji di Desa Lencoh dilakukan masyarakat setempat setiap pertengahan Bulan Sapar dalam penanggalan Jawa," katanya.
Masyarakat setempat, katanya, menganggap keramat sumber air Salam.
Pada kesempatan itu mereka juga menanam bibit pohon trembesi sebagai simbol penghargaan warga terhadap alam sekitarnya.
Mereka kemudian kembali ke desanya untuk menyaksikan berbagai kesenian rakyat seperti Tanen, Janung, dan Buto Krasak.
Ia mengatakan, ritual itu juga sebagai doa masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik di desa itu pada masa mendatang.
Ritual yang diwarnai dengan pentas kesenian rakyat itu, katanya, sesungguhnya menyimpan berbagai nilai kearifan lokal yang selama ini dilestarikan oleh masyarakat agraris setempat. "Mereka melakukan konservasi alam," katanya.
Pada kesempatan itu, kalangan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Yogyakarta mementaskan berbagai kesenian seperti musik, tari, teater, dan wayang kontemporer.
Tradisi budaya itu bisa menjadi agenda tahunan yang bermanfaat bagi pengembangan pariwisata. (JY)
Sumber: http://oase.kompas.com