Riau Airlines (RAL) akan menambahan 30 pesawat baru berbadan kecil hingga 2013 untuk menghadapi kebijakan liberalisasi penerbangan di kawasan ASEAN atau yang dikenal 'open sky policy' yang diberlakukan pada 2015.
"Sedikitnya hingga 2013 nanti RAL melakukan penambahan armada pesawat jenis jet untuk mengantisipasi 'ASEAN open sky policy' yang segera akan diberlakukan," kata Direktur Utama RAL Teguh Triyanto di Pekanbaru, Selasa (9/2).
Dia menjelaskan, penambahan armada pesawat baru berkapsitas 30-50 kursi penumpang itu dilakukan dalam upaya memposisikan RAL sebagai maskapai pengumpan (feeder) dengan melayani rute-rute penerbangan jarak pendek.
Dengan posisi tersebut maka akan memudahkan RAL untuk bersinergi dengan maskapai se wilayah ASEAN dan melakukan ekspansi usaha dalam menggarap pasar dunia penerbangan terutama di pulau Sumatra.
Berdasarkan rapat koordinasi gubernur sewilayah Sumatera yang diikuti oleh 10 pemerintah provinsi yang berlangsung di Pekanbaru 19-21 Desember 2009 merekomendasi pembentukan Sumatera Air dan RAL berperan sebagai operator penerbangan dari program itu.
Rekomendasi itu juga telah membuahkan hasil yang cukup positif bagi RAL karena Pemerintah Provinsi Bangka Belitung telah menyatakan komitmen untuk melakukan kerja sama dalam membuka sejumlah rute penerbangan di daerah kepulauan itu.
"Fokus utama kami memang pulau Sumatera, namun tidak menutup kemungkinan kita akan menggarap pasar seperti di Pula Jawa atau kawasan lain di Indonesia asalkan sesuai dengan posisi kita sebagai 'feeder'," jelasnya.
Teguh juga mengatakan, hingga kini pihaknya telah mengantongi sejumlah jenis pesawat keluaran pabrikan baik dari Eropa atau Amerika dalam memdukung rencana bisnis maskapai milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang 51 persen kepemilikan sahamnya dikuasai Pemerintah Provinsi Riau itu.
"Ada sejumlah nama yang telah kami kantongi untuk rencana bisnis ke depan, tapi yang jelas dengan posisi sebagai 'feeder' kami ingin saling mengisi bersama maskapai lain dengan bertujuan memudahkan masyarakat melakukan perjalanan," ujarnya.
Tidak terpengaruh krisis
Sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia Mohamad Najib bin Tun Abdul Razak memastikan dukungan terhadap kehadiran RAL yang telah beroperasi sejak tahun 2002 di negeri jiran itu dan mampu bertahan meski krisis global melanda dunia.
"Dengan peresminan ini saya berharap maskapai terus menggalakkan penerbangan termasuk punya swasta dari Indonesia Riau Airlines, yang terbang tiap hari seperti Malaka-Pekanbaru," ujar Najib dalam sambutannya ketika meresmikan Lapangan Terbang Antara Bangsa Melaka.
Gubernur Melaka Mohamad Ali bin Mohamad Rustam juga menyatakan, RAL merupakan satu-satunya maskapai yang masih beroperasi di Lapangan Terbang Antara Bangsa Melaka sehingga pemerintah negeri itu akan memberikan berbagai kemudahan.
Seperti insentif pemotongan biaya pendaratan sebesar 30 persen dari tarif normal, kemudian berbagai kemudahan dalam mendapatkan berbagai fasilitas yang ada di bandara itu dan lain sebagainya.
Riau Airlines berdiri pada Maret 2002, kini telah menerbangi sedikitnya 15 kota tujuan seperti Melaka, Medan, Gunung Sitoli, Natuna, Matak, Tanjung Pinang, Semarang, Pangkalan Bun, dan sejumlah kota di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menggunakan tujuh pesawat jenis Foker 50 dan jet RJ 100.
Dalam waktu dekat maskapai yang kepemilikan sahamnya dipegang oleh 20 pemerintah daerah di pulau Sumatra itu juga akan membuka sejumlah rute penerbangan baru yakni Muko-Muko, Bengkulu - Bangka Belitung, Bangka-Batam dan Pekanbaru-Bandung, Jawa Barat. (Ant/Ol-5)
Sumber: http://www.mediaindonesia.com
"Sedikitnya hingga 2013 nanti RAL melakukan penambahan armada pesawat jenis jet untuk mengantisipasi 'ASEAN open sky policy' yang segera akan diberlakukan," kata Direktur Utama RAL Teguh Triyanto di Pekanbaru, Selasa (9/2).
Dia menjelaskan, penambahan armada pesawat baru berkapsitas 30-50 kursi penumpang itu dilakukan dalam upaya memposisikan RAL sebagai maskapai pengumpan (feeder) dengan melayani rute-rute penerbangan jarak pendek.
Dengan posisi tersebut maka akan memudahkan RAL untuk bersinergi dengan maskapai se wilayah ASEAN dan melakukan ekspansi usaha dalam menggarap pasar dunia penerbangan terutama di pulau Sumatra.
Berdasarkan rapat koordinasi gubernur sewilayah Sumatera yang diikuti oleh 10 pemerintah provinsi yang berlangsung di Pekanbaru 19-21 Desember 2009 merekomendasi pembentukan Sumatera Air dan RAL berperan sebagai operator penerbangan dari program itu.
Rekomendasi itu juga telah membuahkan hasil yang cukup positif bagi RAL karena Pemerintah Provinsi Bangka Belitung telah menyatakan komitmen untuk melakukan kerja sama dalam membuka sejumlah rute penerbangan di daerah kepulauan itu.
"Fokus utama kami memang pulau Sumatera, namun tidak menutup kemungkinan kita akan menggarap pasar seperti di Pula Jawa atau kawasan lain di Indonesia asalkan sesuai dengan posisi kita sebagai 'feeder'," jelasnya.
Teguh juga mengatakan, hingga kini pihaknya telah mengantongi sejumlah jenis pesawat keluaran pabrikan baik dari Eropa atau Amerika dalam memdukung rencana bisnis maskapai milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang 51 persen kepemilikan sahamnya dikuasai Pemerintah Provinsi Riau itu.
"Ada sejumlah nama yang telah kami kantongi untuk rencana bisnis ke depan, tapi yang jelas dengan posisi sebagai 'feeder' kami ingin saling mengisi bersama maskapai lain dengan bertujuan memudahkan masyarakat melakukan perjalanan," ujarnya.
Tidak terpengaruh krisis
Sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia Mohamad Najib bin Tun Abdul Razak memastikan dukungan terhadap kehadiran RAL yang telah beroperasi sejak tahun 2002 di negeri jiran itu dan mampu bertahan meski krisis global melanda dunia.
"Dengan peresminan ini saya berharap maskapai terus menggalakkan penerbangan termasuk punya swasta dari Indonesia Riau Airlines, yang terbang tiap hari seperti Malaka-Pekanbaru," ujar Najib dalam sambutannya ketika meresmikan Lapangan Terbang Antara Bangsa Melaka.
Gubernur Melaka Mohamad Ali bin Mohamad Rustam juga menyatakan, RAL merupakan satu-satunya maskapai yang masih beroperasi di Lapangan Terbang Antara Bangsa Melaka sehingga pemerintah negeri itu akan memberikan berbagai kemudahan.
Seperti insentif pemotongan biaya pendaratan sebesar 30 persen dari tarif normal, kemudian berbagai kemudahan dalam mendapatkan berbagai fasilitas yang ada di bandara itu dan lain sebagainya.
Riau Airlines berdiri pada Maret 2002, kini telah menerbangi sedikitnya 15 kota tujuan seperti Melaka, Medan, Gunung Sitoli, Natuna, Matak, Tanjung Pinang, Semarang, Pangkalan Bun, dan sejumlah kota di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menggunakan tujuh pesawat jenis Foker 50 dan jet RJ 100.
Dalam waktu dekat maskapai yang kepemilikan sahamnya dipegang oleh 20 pemerintah daerah di pulau Sumatra itu juga akan membuka sejumlah rute penerbangan baru yakni Muko-Muko, Bengkulu - Bangka Belitung, Bangka-Batam dan Pekanbaru-Bandung, Jawa Barat. (Ant/Ol-5)
Sumber: http://www.mediaindonesia.com