Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI Marzuki Alie mengungkapkan, untuk menata masa depan Indonesia lebih baik diperlukan juga melalui pelestarian budaya warisan leluhur bangsa ini. Salah satunya kebudayaan Melayu yang menurutnya lahir dari Kerajaan Malayu pada abad ke-7 di hulu Sungai Batanghari, Jambi. Dia berharap, kebudayaan Melayu ini tidak dilupakan begitu saja oleh kaum muda generasi penerus bangsa.
"Adat dan budaya Melayu tidak dapat dibicarakan dengan berdiri sendiri, tapi selalu ada kaitannya dengan budaya Indonesia secara keseluruhan. Pemahaman terhadap kebudayaan Indonesia sangat penting karena merupakan identitas bangsa kita untuk membedakannya dengan bangsa lain," tutur Marzuki saat memberi sambutan dalam seminar "Menata Masa Depan Indonesia" di Jakarta, Sabtu (17/12/2011).
Pelestarian budaya ini, kata Marzuki, dilakukan agar budaya-budaya global yang masuk ke Indonesia tidak sampai melunturkan budaya asli Indonesia. Apalagi, tuturnya, kelompok Melayu menjadi salah satu kelompok etnis minoritas di antara puluhan etnis besar di Indonesia.
"Meskipun minoritas, salah satu sumbangan etnis Melayu yang paling nyata adalah bahasa yang merupakan suatu kompleks bunyi dan ungkapan yang merujuk pada falsafah hidup bangsa ini," katanya.
Bahkan menurut Marzuki, Indonesia juga patut berbangga pada bahasa Melayu karena saat zaman kolonial Belanda, sejumlah peneliti Kolonial Belanda seperti Von de Wall, Klinkert, Van Ophuijsen dikirim ke Riau untuk mencatat bahasa Melayu ke dalam kamus dan tata bahasa. Para peneliti ini dibantu oleh cendikiawan pribumi Riau seperti Raja Ali Haji, Haji Ibrahim, dan Raja Bih dari Kerajaan Riau-Lingga yang paling murni menggunakan bahasa Melayu.
"Hasil pencatatan dari para ahli ini dibawa ke Betawi, dan ke tempat lainnya. Kemudian diolah dengan bahasa dan makna lainnya. Hingga akhirnya momentum Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 silam di wujudkan resminya Bahasa Indonesia dengan dasar Bahasa Melayu ini untuk memberi semangat baru untuk pemuda-pemudi membangun negara baru," kata Marzuki.
Terakhir, Marzuki meminta agar kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia dapat mempersatukan masyarakat Indonesia tanpa memandang minoritas dan mayoritas. Mengakhiri sambutannya Marzuki memberikan sebuah pantun, yaitu:
Demokrasi Indonesia semakin baik
Menunjukkan kecerdasan seluruh rakyat
Marilah kita senantiasa menjaga nama baik
Agar dapat diteladani seluruh rakyat
Sumber: http://nasional.kompas.com