Jambi - Sedikitnya 15 orang penyair Jambi berhimpun memperbincangkan keberadaan Candi Muarajambi yang akan diusulkan ke Unesco sebagai warisan dunia dari Indonesia dalam sebentuk buku antologi puisi tentang candi warisan budaya Melayu lama yang memiliki komplek situs terluas di Asia Tenggara.
"Sedikitnya 15 orang penyair Jambi baik yang berdomisili di Jambi maupun di kota lain di tanah air atau pun di luar negeri, terlbiat dalam antologi puisi yang akan diluncurkan secara resmi pada Januari 2012," kata penyair Jambi yang bertindak sebagai kurator dan editor antologi puisi candi Muarajambi, EM Yogiswara, di Jambi, Jumat.
Dikatakan dia, masing-masing penyair akan menyumbangkan lima judul karya puisinya untuk dimuat dalam buku setebal 100 halaman yang direncanakan akan diberi kata pengantar oleh gubernur Jambi Hasan Basri Agus tersebut.
Adapun para penyair Jambi yang terlibat dan dilibatkan dalam antologi yang didedikasikan untuk ulang tahun provinsi Jambi pada Januari 2012 mendatang diantaranya adalah penyair dan dramawan EM Yogiswara, seniman bertopeng Yupnical Saketi, Asro Al-Murthawi, penyair Jambi yang beromisili di Indramayu Jawa Barat Acep Syahril.
Lalu seniman yang juga dosen mantan rektor IAIN STS Jambi DR Muktar Latif, penyair perempuan Ramayani Iriani R Tandi, F Montana, serta tak ketinggalan budayawan dan staf ahli gubernur Jambi Junaidi R Noor.
Juga ada penyair perempuan Jambi yang berdomisili di Jakarta Gita Romadona, bersama saudara dan saurinya yang juga penyair dramawan Gema Romadona dan Ceria Romadona serta sederetan nama penyair muda Jambi saat ini seperti Chori Marbawi, Rini Fibri Hauri, Jumardi Putra.
”Sementara penyair Jambi yang kini berdomisili di Belanda DR Haryono juga sudah menyatakan kesediaannya mengirimkan karya,” ujarnya.
Menurut EM, antologi bersama mengena candi tersebut adalah salah satu wujud nyata dari apresiasi kalangan penyair Jambi terhadpa upaya pemerintah daerah dan nasional yang ingin mengangkat keberadaan candi warisan zaman Syailendra kerajaan Melayu kuno tersebut menjadi salah satu warisan budaya dunia bersama Candi Borobudur dan Prambanan ke Unesco.
Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh mantan Menbudpar Jero Wacik saat mendampingi presiden Susilo Bambang Yudhoyoni berkunjung ke Jambi September 2011.
"Selain itu antologi ini juga bisa saja diartikan sebagai wujud protes serta kritik kalangan seniman budayawan terhadap keberadaan stokpile batu bara yang kini bertebaran di sepanjang situs," katanya.
Sumber: http://oase.kompas.com