Tanjungpinang, Kepri - Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Provinsi Riau bersama Lembaga Adat Melayu (LAM) sepakat membangun "Monumen Bahas Melayu" di Pulau Penyegat.
Selain itu akan membangun Balai Kajian Bahasa Melayi. Ini merupakan hasil seminar nasional Bahasa Indonesia di Pekanbaru, Riau, pada 2010.
Monumen Bahasa Melayu di Kepri akan dibangun di Pulau Penyegat karena asal tokoh sastrawan Melayu, Raja Ali Haji. Monumen bahasa ini juga dibangun sebagai penghormatan Raja Ali Haji yang telah menjadi salah satu tokoh pahlawan nasional di bidang bahasa.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Subbidang Inventarisasi Dokumen Budaya dan Sejarah, Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, Afitri Susanti mengatakan, Raja Ali Haji disebut sebagai bapak bahasa. Karya sastranya tidak hanya menjadi konsumsi di dalam negeri tetapi hingga mancanegara.
"Ia berjuang dengan mata pena," ujar Afitri sebagaimana dikutip dari portal Kemdikbud di Tanjungpinang, (3/11/2013).
Afitri menjelaskan, Monumen Bahasa Melayu di Pulau Penyengat direncanakan rampung pada 2014. Monumen ini didirikan berupa bangunan berbentuk huruf arab "alif", yang menjulang ke atas setinggi 62-64 meter, dengan landscape berbentuk huruf arab "ya". Huruf arab digunakan dalam pembangunan Monumen Bahasa Melayu karena budaya Melayu tidak terlepas dari budaya Islam.
"Jadi segala sesuatu merujuk ke budaya Islam. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah," ujarnya.
Definisi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah adalah adat yang didasarkan/ditopang oleh syariat agama Islam. Syariat tersebut berdasarkan pula pada Alquran dan hadist.
Pembangunan Monumen Bahasa Melayu di Pulau Penyengat ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) HM. Sani, pada 19 Agustus 2013. Peletakan batu pertama disaksikan oleh Walikota Tanjungpinang Lis Darmansyah, perwakilan DPRD Provinsi Kepri dan DPRD Kota, tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, budayawan, seniman dan masyarakat setempat.
Monumen Bahasa ini diharapkan dapat mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai kesadaran akan sejarah Bahasa Melayu yang merupakan cikal-bakal Bahasa Indonesia kepada generasi masa kini dan masa akan datang, dan arti Bahasa Melayu yang dipakai di Kepulauan Riau dan Lingga.
Sumber: http://nasional.inilah.com