Jakarta - Kementerian Luar Negeri mengumpulkan 70 anak muda dari 40 negara untuk mempelajari seni dan budaya Indonesia lewat program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Ini adalah tahun ke-13 penyelenggaraan BSBI.
Peserta dibagi menjadi enam kelompok lalu dikirim keenam kota yaitu Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar untuk tinggal di sana selama tiga bulan. Di antara peserta mancanegara, ada enam anak muda Indonesia yang menjadi pendamping tiap kelompok. Para peserta akan mempelajari bahasa Indonesia, tari, alat musik tradisional, hingga kearifan lokal wilayah yang ditinggalinya. Khusus di Yogya, peserta akan mempelajari Indonesia dari sisi kajian akademik di universitas.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan BSBI adalah cara Indonesia merangkul generasi muda dari seluruh dunia. "Anda membangun jembatan kesepahaman, perdamaian, dan kesejahteraan dunia," katanya di hadapan peserta BSBI saat pembukaan program tersebut, Senin, 9 Maret 2015, di Gedung Pancasila, Kemlu.
Menurutnya, program ini penting karena hubungan antarnegar bukan hanya antarpemerintah tapi juga antarrakyat terutama generasi muda. BSBI tahun ini mengangkat tema ASEAN Community 2015 mengingat komunitas ASEAN akan dibentuk pada 31 Desember nanti. "Sebagai penerima BSBI, kalian punya kesempatan berbaur dengan orang Indonesia lokal, belajar bahasa Indonesia, dan menyerap budaya lokal."
Direktur Diplomasi Publik Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu Al Busyra Basnur mengatakan program ini dibuat untuk mempeluas teman Indonesia (Indonesia friends) di luar negeri. Seleksi peserta di masing-masing negara dilakukan oleh Kedutaan Besar Indonesia di sana dengan mempertimbangkan 8-10 kriteria yang ditetapkan Kemlu.
Peserta harus berusia antara 18-30 tahun. Mereka juga mesti merupakan individu yang potensial bagi Indonesia. "Agar setelah 15-20 tahun ke depan mereka jadi pemimpin di negaranya masing-masing, kita punya sahabat Indonesia di sana," kata Busyra. Mereka diharap dapat memberi pemahaman, promosi, dan meningkatkan kerja sama bilateral.
BSBI akan ditutup dengan pertunjukan kolosal bertajuk Indonesia Channel. Kegiatan ini mengumpulkan seluruh peserta dalam sebuah pertunjukan kolosal untuk menampilkan seni budaya yang mereka pelajari. Acara ini diharap ditargetkan dihadiri 4.000-5.000 penonton. Tahun sebelumnya, penutupan akbar seperti ini digelar di Yogya dan Surabaya.
Phan Khuong, 22 tahun, peserta dari Vietnam, mengatakan tertarik mempelajari bahasa, tarian, dan alat musik Indonesia, karena Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara. Dia juga ingin pergi ke gunung berapi dan melihat komodo. "Saya juga mau menikmati hidup orang Surbaya," katanya yang mengetahui BSBI dari informasi Vietnam Youth Union.
Khuong pernah belajar sedikit tentang Indonesia sebelumnya. "Saya tahu Soekarno," ujarnya bersemangat. Ia kagum karena Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar dunia dengan budaya yang beragam. "Saya pikir Indonesia adalah saudara," kata mahasiswa jurusan politik di National Academy of Public Administration Vietnam ini.
Antusiasme juga ditunjukkan Clement Longuiville, 25 tahun, peserta asal Belgia. Dia mengaku sangat tertarik mempelajari budaya Indonesia. Longuiville mengatakan sudah melakukan perjalanan ke berbagai negara di dunia dan terpikat pada kesenian tradisional Yogyakarta seperti wayang wong dan wayang kuit. "Itu bagus sekali," ujar pria asal Prancis. Dia pun masih ingin belajar jatilan dan reog. Karena itu, ketika mengetahui ada BSBI, dia segera mendaftar.
Longuiville sebelumnya telah tinggal di Yogya selama tiga bulan. Dia menjadi sutradara ketoprak dan lesung dengan naskah Prancis. Dalam program BSBI, mahasiswa Institut Nasional Seni Film Teater Belgia ini kebagian jatah tinggal di Denpasar. "Saya akan belajar tari bali, gamelan, make up," katanya.
Sumber: http://www.tempo.co