Makassar - Festival Toraja yang ke-3 pada tahun ini terancam batal digelar. Sebab, menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan, Jufri Rahman, sumber anggaran perhelatan tahunan berskala internasional itu hingga saat ini belum jelas.
Pembukaan festival budaya Lovely December In Toraja 2010 di Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulsel.
”Penyelenggaraannya menjadi wewenang pemerintah pusat, yakni Kementerian Pariwisata. Namun, jika melihat situasinya, tampaknya tidak akan digelar,” kata Jufri, Jumat, 6 Maret 2015.
Meski demikian, Jufri masih berharap festival yang sudah mendapat perhatian wisatawan dari dalam dan luar negeri itu tetap bisa dilaksanakan. Namun, kata dia, konsep yang diusung harus berbeda.
Jufri menilai kebijakan sektor pariwisata pemerintah pusat saat ini sudah berbeda ketimbang sebelumnya. Kementerian Pariwisata lebih mengutamakan potensi MICE (meeting, incentive, conference, and exhibition).
“Kebijakan seperti itu merugikan daerah yang menjadi destinasi wisata, yang mengandalkan potensi kebudayaan dan kekayaan alamnya,” ujar dia. Menurut Jufri, kebijakan yang lebih mengutamakan MICE tidak sejalan dengan keinginan pemerintah pusat menargetkan pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan.
Bupati Tana Toraja, Theoffilus Alleorerung, juga menilai kebijakan MICE menimbulkan ketidakpastian dalam penyelenggaraan Festival Toraja. ”Memang penyelenggaraan tahun ini tidak jelas. Karena pelaksanaannya merupakan program Kementerian Pariwisata, kami hanya menunggu apakah tetap dilanjutkan atau ditiadakan,” ujar dia, seusai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Regional Sulawesi di Makassar, Rabu lalu.
Theoffilus tidak yakin ketidakpastian dalam penyelenggaraan Festival Toraja terjadi gara-gara masalah anggaran. Sebab, sejak festival itu digelar pada 2013, Pemerintah Kabupaten Tana Toraja menanggung 80 persen dari nilai total anggaran yang dibutuhkan. Adapun pemerintah pusat hanya berkontribusi sebesar 20 persen.
Sumber: http://www.tempo.co