Banda Aceh, NAD - Centre for Information of Samudra Pasai Heritage (Cisah) Lhokseumawe mendorong para peneliti Grup Penjejak Tamadun Dunia (GPTD) Malaysia mengkaji tentang sosok Syaikh Muhammad bin Salim Al-Kalaliy yang berjasa besar dalam pengembangan sastra Melayu.
“Pada hari kedua, 1 Maret 2015 (usai seminar), dalam rapat untuk menemukan resolusi hasil seminar, saya menawarkan program kerja sama antara Cisah dan GPTD untuk melakukan research atau penelitian terhadap peninggalan sejarah yang ada di Aceh, termasuk sosok Al-Kalaliy,” ujar Sekretaris Cisah, Mawardi Ismail melalui siaran pers yang dikirim kepada ATJEHPOST.co, Ahad malam tadi.
Mawardi Ismail menekankan pentingnya kajian lanjutan terhadap tokoh Syaikh Al-Kalaliy untuk menghargai jasanya yang telah menerbitkan Al-Imam, majalah Islam pertama bahasa Melayu yang mudah dimengerti oleh masyarakat kala itu. “Kita rasa perlu dilakukan kajian lanjutan yang lebih intensif terhadap sosok beliau,” katanya. (Baca: Al-Kalaliy, Direktur Majalah Islam Pertama di Asia Tenggara).
Makam Al-Kalaliy berada di Lhokseumawe. Saat ini, kata Mawardi Ismail, kondisi makam ulama yang juga saudagar keturunan Arab itu kurang terawat sehingga sangat memprihatikan. “Kondisi makam itu tentu tak pantas untuk tokoh hebat seperti Al-Kalaliy,” ujar Mawardi Ismail.
Diberitakan sebelumnya, Cisah Lhokseumawe mengikuti seminar Konvensyen Ketamadunan Dunia 1.0 dengan tema “Menjejaki Kegemilangan Tamadun Melayu”. Seminar dilaksanakan GPTD Malaysia, di Gedung Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Kuala Lumpur, Sabtu, 28 Februari 2015.
Sumber: http://atjehpost.co