Semarang, Jateng - Isu Malaysia yang hendak mengklaim lumpia menimbulkan protes dari para pengusaha lumpia asal Semarang. Menanggapi tindakan ini, Menteri Pariwisata dan Budaya Datuk Seri Mohamed Nazri Aziz mengatakan, Indonesia tidak bisa semena-mena mengklaim semua yang berasal dari Nusantara sendirian. Menteri Nazri juga menyindir Indonesia terkait penggunaan Bahasa Indonesia yang berasal dari Melayu.
Pada Jumat 20 Februari 2015 lalu, sosok Cik Me Me, generasi kelima pencipta Lumpia Semarang, melakukan aksi protes di depan Kedutaan Besar Malaysia. Didampingi oleh Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (Formasbudi) ia membagi-bagikan lumpia kepada Polisi Diraja Malaysia yang bertugas di kedutaan.
Dikutip oleh Kompas pada Sabtu (7/3) terkait aksi tempo hari, Cik Me Me berkata, “Malaysia perlu bercermin sudah berapa jumlah karya seni dan warisan budaya Indonesia yang sepihak diklaim Malaysia. Sebagai sahabat, kami ingin mengingatkan saja.”
Sebelumnya, terkait aksi tersebut, Menteri Malaysia Datuk Seri Mohamed Nazri Aziz sempat mempertanyakan. Kepada The Rakyat Post ia menyebut, “Seharusnya ini bukan isu pokok. Mereka (para pengusaha lumpia) seharusnya diam saja sebelum mengklaim ini dan itu.”
“Jika Indonesia mulai mengklaim segalanya, lalu bagaimana dengan Bahasa Indonesia? Coba tanyakan pada siapa bahasa Melayu berasal. Bahasa tersebut datang dari semenanjung Malaya.”
“Kita semua adalah satu kesatuan sebelumnya dalam lingkup Nusantara. Mereka (Indonesia) tidak bisa mengklaim semua yang dada di Nusantara sebagai miliknya sendiri. Areal ini (yang kemudian terpisah-pisah dalam negara modern) awalnya satu bagian.”
Sementara itu, chef Datuk Redzuawan Ismail menyebutkan bahwa lumpia sebenarnya berasal dari China. Ketika tiba di Filipina, ia disebut lumpia. Sementara di tempat lain ada nama yang berbeda pula. Misalnya di Meksiko, penganan disebut Chimichanga. Akan halnya Malaysia menyebut penganan ini dengan sebutan popiah seperti di Thailand dan Singapura.
Sumber: http://sidomi.com