Bandung, Jabar - Warisan seni budaya Indonesia terlahir dari unsur estetika adat istiadat, cerita para tetuah, dan kepercayaan budaya setempat. Dewasa ini, tren budaya tradisional telah bergeser ke arah tren globalisasi, dimulai dari hobi mendengarkan lagu- lagu barat, ketertarikan terhadap tarian modern bangsa Asia, dan budaya berpakaian yang fanatik. Fenomena-fenomena ini telah memberikan implikasi terhadap budaya asli bangsa Indonesia. Maka tak heran jika anak cucu ibu pertiwi tidak lagi mengenal kepada legenda cerita rakyat di daerahnya yang ditandai pengetahuan minim akan budaya setempat dan peninggalan bersejarah yang diwariskan oleh para pendahulu.
Melihat fenomena kritis ini, tentu sebagai generasi muda yang sadar dan cinta tanah air, hati akan tergores halus melihat kondisi jika anak-anak kecil sudah tak mengenal unsur asli daerah nya sendiri. Maka dari itu, untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa generasi muda yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Bumi Sriwijaya (MUSI ITB) menggelar acara Pagelaran Budaya Sumatera Selatan yang bertujuan memerkenalkan seni budaya Sumatera Selatan kepada para generasi muda sebagai perwujudan eksistensi seni budaya Sumatera Selatan, bertempat di Dago Tea House pada Sabtu (28/02/15).
Pagelaran Seni budaya yang dikenal dengan sebutan Kampoeng Musi ini mengangkat cerita "Legenda Putri Pinang Masak", sebuah legenda yang menceritakan kehidupan seorang putri yang sangat cantik di Negeri Senuro Ogan Ilir. Putri pinang yang berparas cantik dan banyak dilirik oleh seluruh pemuda Sumater Selatan berasal dari Pulau Jawa dan kemudian berkelana ke Negeri Sumatera. Di ogan tepatnya, terdapat sultan yang sangat kaya raya, kikir, dan jahat yang tertarik kepada sang putri hanya karena parasnya yang cantik, di sisi lain pemuda biasa bernama Sesungging tertarik kepada sang putri karena cinta dan hatinya.
Singkat cerita, dua pemuda ini akhirnya berperang hingga sang Sultan mati dan Putri pinang masak yang berwajah elok itu jatuh sakit karena terlalu banyak diterpa sumpahan oleh seluruh pemuda yang dia tolak untuk di nikahkan. "Cerita Putri Pinang Masak ini memiliki akhir cerita yang sedih, yang mengandung makna tersirat di dalamnyaa" ujar Intan (AE 13), salah satu penari MUSI ITB.
Pagelaran seni Budaya Musi ITB ini adalah agenda tahunan yang telah dilaksanakan sebanyak Lima kali. Menggabungkan unsur teatrikal musik, gerakkan tari, dan olah suara. Tidak hanya menampilkan unsur budaya, Kampoeng Musi tahun ini juga menggelar Festival Kuliner khas Sumatera Selatan seperti Pempek, Tekwan, Kemplang, dll.
Keseluruhan kegiatan ini telah terkonsep matang sejak September 2014 hingga Februari 2015, persiapan penampilan yang indah ini berkat kerja keras keseluruhan Tim yang tergabung di dalam Unit Palembang ini. Dibawah kepemimpinan Edo Sumageka (Teknik Tenaga Listrik 12) selaku Ketua Pelaksana, acara ini berhasil memukau 400 peserta yang hadir pada malam itu. "Kekompakkan Musi ITB dan kerja keras semua anggota lah yang membawa pagelaran malam itu menjadi pagelaran budaya yang berkelas," tutur Edo bersemangat.
Sumber: http://www.itb.ac.id