Pekan Budaya Dayak (Kaltim) Bersama 1.000 Siswa Sekolah Dasar se-Jakarta

Jakarta - Komunitas Penjaga Budaya - Sekar Nusa Jakarta berencana menggelar Pekan Budaya Kalimantan Timur (Kaltim) di Museum Nasional Jakarta berlangsung selama empat hari 27-30 April 2015. Acara ini akan melibatkan 1.000 siswa sekolah dasar kelas 3-5 se-Jabodetabek, demikian penjelasan Ketua Panitia Arie Bekti Budi Hastuari, kepada Tribun, Minggu (8/3).

Dia menyebutkan pertimbangan pemilihan peserta di usia SD sesuai ciri-ciri dimasa perkembangan, dimana anak usia 7-12 tahun merupakan usia menuju peralihan dan usia yang baik untuk memberikan stimulus sehingga dapat menambah cakrawala anak sebagai bekal di kemudian hari.

Lewat Program Pekan Budaya Dayak Kalimantan Timur Bersama 1000 Anak melibatkan lebih dari 20 sekolah dasar di Jakarta. Dengan menggunakan metode edutainment secara berkelompok anak- anak terlibat untuk: Menjelajah Museum Nasional; Membuat penganan khas; Membuat kerajinan masyarakat suku Dayak; Menyanyikan lagu Burung Enggang, dan Buah Bolo; Mendengarkan cerita legenda yang mendidik; Mengenalkan dan mencoba membunyikan alat musik Sampe; Memperagakan tari Enggang - yang telah diajarkan pelatih-pelatih yang dikirim ke sekolah-sekolah yang telah mendaftar 1 (satu) bulan sebelum hari H.

"Ini semua sebagai bagian untuk memperkenalkan budaya Suku Dayak kepada anaka-anak di luar Kalimantan. Sekaligus untuk memperingati Ulang Tahun ke- 237 Museum Nasional dalam sekaligus dengan adanya Program Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang dicanangkan Tahun 2012 – 2014 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata adalah momen yang tepat untuk tetap melanjutkan program tersebut dan bersama museum dapat beriringan mengenalkan salah satu budaya.

Sebagai info juga, program yang sama telah kami lakukan dengan nama Jelajah Budaya Jawa bersama 1000 anak SD pada tanggal 24 – 28 Oktober 2011, dengan melibatkan lebih dari 20 sekolah dan home schooling dengan dukungan Ibu Kanjeng Ratu Hemas. Tahun ini, panitia berencana mengangkat lima daerah (Kalimantan Timur , Papua, Bali, Manado dan Sumatra Utara) .

Disisi lain, kata Arie, sejauh ini Prof. Edi Sedyawati (Mantan Dirjen Kebudayaan-red) sebagai Penasihat yang mempunyai keprihatin yang sama karena semakin mengemukanya budaya serba instan, serta serangan program-program tekhnologi yang bertubi-tubi, menambah anggapan seni tradisi sesuatu yang tua, kuno, lamban, dan tidak modern.

"Hal ini seolah menjadi kewajiban kami mengingatkan dan membuktikan dinamisnya budaya Nusantara kepada banyak kalangan terutama pada anak-anak usia 9-12 tahun," kata Arie.

Dia menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah kurang lebih 230 suku bangsa yang tersebar di seluruh Nusantara. Keberagaman suku yang ada di Indonesia berbanding lurus dengan kebudayaan yang diciptakan dari masing-masing suku atau daerah. Keanekaragaman budaya Indonesia adalah salah satu kekayaan dan menjadi ciri khas jati diri bagi bangsa Indonesia.

Budaya Nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Untuk mencapai puncak yaitu Kebudayaan Nasional, maka perlu dilakukan pelestarian dan pengembangan budaya daerah.

Begitu halnya dengan Museum, sebagai sebuah lembaga studi warisan budaya dan pusat informasi edukatif kultural dan rekreatif, merupakan salah satu media sosialisasi. Idealnya menjadi wadah bagi generasi muda agar dapat mengetahui identitas, memahami keberagaman budaya, menghargai kekayaan bangsa agar dapat turut serta melestarikan budaya Indonesia.

-

Arsip Blog

Recent Posts