Medan, Sumut - Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Provinsi Sumatera Utara ke-67, Pemerintah Provinsi SUmatera Utara mencanangkan tahun 2015 sebagai tahun songket. Pencanangan ini bertujuan membangun kesadaran songket sebagai salah satu kekayaan budaya, melestarikan songket sekaligus mengembangkan pasar songket SUmatera Utara.
Gubernur SUmatera Utara H Gatot Pujo Nugroho membuka Sarasehan Pencanangan Tahun 2015 Songket Sumatera Utara 2015 “Dengan Songket Menyapa Dunia” yang berlangusng di Aula Martabe Kantor Gubsenur SUmatera Utara, Jumat (10/4/2015).
Dalam kegiatan yang merupakan kerjasama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan Yayasan Bangun Langkat Sejahtera (YBLS) dan Cita Tenun Indonesia (CTI) tersebut juga diputar film pendek tentang songket.
“Dalam rangka HUT ke 67 Provinsi SUmatera Utara yang jatuh pada 14 April nanti, kami paniti mengagendakan sebuah agenda strategis, yaitu Pencanangan tahun Songket Sumatera Utara tahun 2015,’ ujar Gubernur dalam sambutannya. Hadir dalam kesempatan tersebut para pengerajin songket, perancang busana, unsur perbankan, Kamar Dagang dan Industri Sumut, KEtua Dewan Kerajinan Daerah SUmut Hj SUtias HAndayani Gatot Pujo Nugroho, Plh Sekda Provsu Hj Sabrina, Ketua Dewan Pembina YBLS yang juga Sultan Langkat Tengku Azwar Aziz, SE, anggota dewan Pembina YBLS Prof. Dr. Ir. Djohar Arifin Husin dan Sekretaris Tengku Irham Kelana, ST.
Gubernur mengatakan songket merupakan salah satu khazanah budaya Sumatera Utara yang memiliki potensi sebagai pengungkit ekonomi daerah terutama di era Masyarakat Ekonomi Asean. “sadar atau tidak, terpaksa atau tidak, kita sudah masuk era komunitas global Masyarakat Ekonommi Asean,” ujar Gubsu. Kita, lanjutnya, harus mampu bersaing di era globalisasi ini.
“SUmatera Utara sebagai pintu masuk sebelah Barat Indonesia memiliki kekayaan budaya termasuk songket yang memiliki potensi yang menjanjikan di era pasar bebas. Songket yang memiliki keunikan dari sisi proses penunan, identik dengan Melayu, memiliki potensi industri fashion kreatif,” papar Gubenur.
Pencanangan tahun songket Sumatera Utara diawali dengan sarasehan yang menurut Gubernur sebagai wadah komunikasi yang intensif antara pengerajin, pembuat kebiajakan, perbankan dan pasar. “forum mempertemukan pelaku pengerajin songket yang menciptakan produk, dan kami kemudian akan memediasi pelaku pengrajin agar dekat dengan industri, perbankan dan pasar,” ujar Gubernur.
Dia mengatakan bahwa Pencananggan tahun songket Sumatera Utara tidak boleh berhenti dalam pencangan saja namun juga menjadikan songket sebagai salah satu industri ekonomi kreatif Sumatera Utara yang berkembang.
Sarasehan diisi dengan pemaparan Pengembangan Songket dari pihak pemerintah dalam hal ini DInasi Perindustrian dan Perdagangan Sumut, Kamar Dagang Industri Sumut, Perbankan oleh PT Bank SUmut, Tengku Irham Kelana dari Cita Tenun Indonesia dan YBLS dengan moderator T Mira Sinar.
Irham Kelana dalam paparannya mengungkapkan keberadaan budaya menenun dengan teknik menyungkit (songket) di Sumatera Utara khususnya, hingga saat ini belum banyak dikenal dan dipromosikan sebagai suatu khasanah budaya di Indonesia. “Dia hanya baru dikenal sebagai suatu kekayaan budaya tempatan,” ujarnya.
Kain tenun songket adalah satu artefak dalam budaya yang berperanan sebagai salah satu jatidiri bangsa Melayu, dengan sebaran mulai Pulau Sumatera (Aceh, Sumatera Timur, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Lampung), Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Ternate, serta Bali dan Nusa Tenggara Barat (Lombok).
Tenun songket semula adalah kain para bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya, berupa kain mewah yang aslinya berupa benang emas, kemudian ditenun menjadi kain yang cantik, memiliki motif-motif ciri khas sesuai budaya tempatan.
Namun daripada itu semua, perlu kiranya dilakukan suatu program yang mendorong percepatan dalam melestarikan dan mengembangkan tenun songket melayu agar lebih bergaung secara Nasional maupun Internasional.
Yayasan Bangun Langkat Sejahtera (YBLS) bekerjasama dengan Cita Tenun Indonesia (CTI), yang telah teruji keberhasilannya dalam program Pelatihan dan Pengembangan kain Tenun di 10 wilayah di Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan NTT), kali ini mencoba menjalankan program tersebut dengan mengangkat Tenun Songket Melayu Sumatera Utara. Program pelatihan dan pengembangan ini akan dilaksanakan untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara, yang akan dipusatkan di Kabupaten Batubara.
Sumber: http://dnaberita.com