Yogyakarta - Pentas Tradisi Pura Paku-alaman kembali digelar di tahun 2015 ini. Kegiatan yang didukung Dinas Pariwisata (Dispar) DIJ ini akan menampilkan puluhan kesenian di Alun-Alun Sewandanan Pura Paku-alaman hingga akhir tahun. Kesenian yang dihadirkan terdiri atas kesenian tradisi dan kerakyatan. Kasi Objek dan Daya Tarik Wisata Dispar DIJ Muhamad Halim meng-ungkapkan, format dari tahun ini tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Di mana menampilkan ragam kekayaan seni tradisi maupun kerakyatan. Ragam kesenian ini merupakan potensi kabupaten kota yang ada di DIJ.
”Ada reog, jatilan, badui, angguk dan kesenian lain di kabupaten kota. Semua merupakan kesenian khas yang ada di setiap daerah. Tujuannya, selain mengangkat nilai budaya juga meningkatkan nilai wisata,” kata Halim kemarin (22/3).
Untuk pementasan tahun ini paguyuban seni yang tampil pun merupakan pilihan. Selain memiliki nilai seni juga sajian yang rapi. Ini agar kesenian ini mampu dinikmati semua pengunjung. Apalagi pengunjung di Alun-Alun Sewandanan sifatnya umum.Halim juga mengungkapkan pentas seni tradisi ini tetap mempertahankan nilai nguri-uri seni budaya. Namun dalam kesempatan ini juga menitik-beratkan pada tampilan dan promosi wisata. Menurutnya setiap paguyuban yang tampil dapat menjadi agen wisata setiap daerahnya.
Kerabat Pura Pakulaman KPH Kusumo Parastho mendukung pentas seni tradisi ini. Tampilnya ragam kesenian tradisi di Alun-Alun Sewandan turut menguatkan kekuatan seni Pura Pakualaman. Ter-masuk dalam mengoptimalkan fungsi Alun-Alun Sewandanan. ”Sehingga ada kegiatan seni di Sewandanan. Jika melihat Keraton Jogjakarta di setiap sisinya memiliki artefak, sehingga pentas seni tradisi ini turut menjadi kekuatan seni Pakualaman selain museum yang kita miliki,” katanya.
Dalam kesempatan ini KPH Kusumo Parastho juga berpesan agar kesenian yang tampil harus bermakna. Tidak hanya sekadar pertunjukan yang menampilkan olah gerak tubuh. Namun dalam setiap kesenian ini memiliki kekuatan filosofi.Untuk pembukaan Pentas Tradisi Pura Pakualaman menampilkan Angguk Putri Bodronoyo Jatimulyo Kulonprogo dan Jathilan Turangga Seta, Manding, Sabdodadi, Bantul. Sebelumnya dibuka dengan tari Thowong dan kesenian Tameng Yudha.
”Pentas ini rutin di minggu kedua dan keempat setiap bulannya. Untuk jam pementasan ada perubahan dari jam 10.00 pagi hingga 15.00. Selain itu Dispar DIJ tahun ini juga menye-lenggarakan 84 kali atraksi seni di seluruh DIJ. Tujuannya untuk me-ningkatkan potensi dan kunjungan wisata,” ungkap Halim.
Sumber: http://www.radarjogja.co.id