Solo, Jateng - Sejumlah makanan tradisional dipamerkan dalam Solo Indonesian Culinary Festival di Benteng Vastenburg Solo, 2-5 April 2015. Pengunjung bisa menikmati aneka masakan itu di lebih seratus stand yang disediakan.
Ketua Panitia Solo Indonesian Culinary Festival Daryono mengatakan bahwa kegiatan itu sudah digelar untuk kedua kalinya. "Kami akan menyelenggarakan festival ini sebagai kegiatan rutin tahunan," kata Daryono usai acara pembukaan, Kamis malam, 2 April 2015.
Terdapat 108 usaha kuliner yang ikut memeriahkan kegiatan tersebut. Mereka berasal dari penjual makanan, baik berskala mikro maupun dari kalangan hotel, restoran, serta katering. Menu kuliner yang disediakan pun cukup bervariatif.
Hanya, mereka memprioritaskan untuk menu-menu masakan tradisional yang dianggap khas dari kota tersebut. Sekitar 60 persen yang disediakan adalah kuliner tradisional, sedangkan sisanya adalah masakan kontemporer maupun masakan tradisional yang telah dimodifikasi.
Menurut Daryono, menu masakan tradisional yang disajikan pada tahun ini jauh lebih banyak dari kegiatan serupa tahun lalu. Tahun lalu menu tradisional hanya 30 persen.
Beberapa kuliner khas Solo yang disediakan antara lain serabi, intip, kue putu, serta sate kere. "Khusus menu sate kere mejadi ikon dalam kegiatan ini," kata Daryono. Sate ini berasal dari tempe gembus yang dipotong kecil lantas ditusuk dan dibakar.
Sesuai namanya, sate ini dulunya merupakan santapan bagi masyarakat bawah. Lantaran banyak penggemar, kuliner ini lambat laun semakin naik kelas. "Sekarang banyak orang-orang kaya yang hobi makan sate kere," kata Daryono.
Daryono berharap festival itu mampu mencatat transaksi hingga Rp 1,5 miliar. Daryono yakin target bisa tercapai lantaran banyak wisatawan saat libur akhir pekan kali ini. Dia menyebut bahwa festival tahun lalu mampu membukukan transaksi hingga Rp 1 miliar.
Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo berharap agar festival itu bisa menghidupkan kembali kuliner tradisional yang telah banyak dilupakan masyarakat. "Sehingga bisa terangkat lagi seperti halnya sate kere," kata Rudy.
Beragamnya kuliner khas di kota tersebut merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. "Kuliner juga menjadi bukti bahwa ekonomi kerakyatan bisa terus berkembang," kata Rudy.
Sumber: http://www.tempo.co