Kajen, Jateng - Banyaknya situs budaya dan kesenian warisan nenek moyang di Kabupaten Pekalongan terkendala dengan minim penilik kebudayaan. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) ini, menghambat inventarisasi dan validasi data kelompok atau organisasi seni yang ada di Kota Santri. Tidak adanya penilik kebudayaan ini dapat mengancam hilangnya warisan budaya.
Hal ini dibenarkan Kasi Seni Budaya Dindikbud Kabupaten Pekalongan, Syafri Dwiyanto, kemarin. Ia mengatakan, sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, penilik kebudayaan di tingkat kecamatan ditiadakan. Hal itu dikhawatirkan bisa memicu hilangnya warisan budaya, sebab tidak ada lembaga yang bertugas mencatat dan meneliti warisan budaya di suatu daerah.
“Kendalanya ya tidak ada penilik kebudayaan. Kalau dulu sebelum otonomi daerah, kami punya penilik di tingkat kecamatan. Mereka bertugas mencatat dan meneliti warisan budaya yang ada di daerahnya,” terangnya.
Ia berharap, penilik budaya diadakan lagi untuk menjangkau kebudayaan-kebudayaan yang ada di 19 kecamatan se Kabupaten Pekalongan. Sehingga, kelestarian budaya dapat dipertahankan.
Meski demikian, lanjut dia, pihaknya telah melakukan berbagai cara dengan menggandeng stakeholder agar permasalahan tersebut dapat teratasi meskipun belum sesuai harapan. “SDM terbatas, kami mencoba merangkul berbagai pihak. Alhamdulillah, dapat berjalan meski tidak sesuai dengan harapan kita,” kata dia.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam melestarikan, mengaktualisasikan dan mengembangkan kearifan nilai-nilai budaya lokal di Kabupaten Pekalongan ini diantaranya event rutin bertajuk Fasilitasi Pementasan Seni Budaya Daerah Malam Jumat Pahing. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap Jumat Pahing di Alun-alun Kajen yang dimulai pukul 20.00 WIB sampai dengan 23.00 WIB.
“Kegiatan ini dimaksudkan untuk membangun watak bangsa yang kuat dan kokoh melalui kesenian,” kata dia.
Menurut Syafri, upaya mewujudkan pendidikan untuk peradaban Indonesia yang unggul dengan kerja nyata dalam suasana keharmonisan dan kemajemukan bangsa menjadi sesuatu hal yang sangat penting. Sejalan dengan hal tersebut, maka perlu adanya upaya melestarikan, mengaktualisasikan dan mengembangkan kearifan nilai-nilai budaya lokal dalam kehidupan masyarakat guna membangun watak bangsa yang kuat dan kokoh.
“Jika kita memiliki watak bangsa yang kuat maka akan mendorong terwujudnya kebudayaan yang unggul dengan menumbuhkan tekad dan semangat yang tinggi untuk mencapai kemajuan suatu bangsa,” ujarnya.
Dipilih hari pasaran Jumat Pahing, menurut Syafri konon bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Pekalongan. Oleh karena itu, kegiatan yang diselenggarakan selain sebagai bentuk apresiasi seni, juga dimaksudkan untuk memperingati hari jadi Kota Santri. Untuk memberikan ruang kepada masyarakat agar dapat berkreatifitas dalam seni, dan sekaligus untuk promosi keragaman seni budaya yang bermuatan kearifan lokal.
“Pemkab Pekalongan melalui Dindikbud memberikan ajang kreatifitas penampilan seni-seni budaya yang ada di masyarakat Kabupaten Pekalongan. Bahkan tidak hanya dari masyarakat lokal Kota Santri saja, berbagai organisasi dan kelompok seni dari kota lain pun disilakan ikut bergabung,” tandasnya.
Sumber: http://www.radarpekalongan.com