Oleh Hariani Santiko
eniman India, maka kalau yang digambarkan di surga harus diberi akhiran kasus lokatif, yakni jadi "swargge"; atau makhluk surga kata swargga harus diberi akhiran kasus genitif, dan sebagainya. Petunjuk tanpa akhiran kasus, bagi seniman Jawa Kuno tidak masalah, demikian pula aksara Jawa Kuno adalah aksara mereka.
Berbeda bagi silpin atau seniman India, petunjuk tanpa akhiran kasus akan membuat mereka kesulitan, adegan apa yang harus mereka gambarkan di panil itu. Terlebih lagi aksara Jawa Kuno bukanlah aksara yang mereka kenal.
Demikianlah, ada dua contoh yang dapat membuktikan bahwa yang mendirikan candi-candi di Jawa bukan orang India, tetapi orang Jawa sendiri. Mungkin dapat ditambahkan di sini, ketika mengadakan penelitian di sekitar candi-candi, ahli arkeologi tidak pernah menemukan sisa-sisa "kampong keling". Apabila benar orang-orang India yang mendirikan candi-candi di Indonesia, tentunya hal itu akan memakan waktu lama, dan mereka dengan sendirinya akan menetap di sekitar candi yang sedang dibangunnya. Lewat tulisan singkat ini diharapkan tidak lagi terjadi mispersepsi mengenai siapa pendiri candi-candi di Indonesia.
Hariani Santiko Guru Besar Ilmu Arkeologi, FIB UI
Sumber Tulisan
http://www.kompas.com
eniman India, maka kalau yang digambarkan di surga harus diberi akhiran kasus lokatif, yakni jadi "swargge"; atau makhluk surga kata swargga harus diberi akhiran kasus genitif, dan sebagainya. Petunjuk tanpa akhiran kasus, bagi seniman Jawa Kuno tidak masalah, demikian pula aksara Jawa Kuno adalah aksara mereka.
Berbeda bagi silpin atau seniman India, petunjuk tanpa akhiran kasus akan membuat mereka kesulitan, adegan apa yang harus mereka gambarkan di panil itu. Terlebih lagi aksara Jawa Kuno bukanlah aksara yang mereka kenal.
Demikianlah, ada dua contoh yang dapat membuktikan bahwa yang mendirikan candi-candi di Jawa bukan orang India, tetapi orang Jawa sendiri. Mungkin dapat ditambahkan di sini, ketika mengadakan penelitian di sekitar candi-candi, ahli arkeologi tidak pernah menemukan sisa-sisa "kampong keling". Apabila benar orang-orang India yang mendirikan candi-candi di Indonesia, tentunya hal itu akan memakan waktu lama, dan mereka dengan sendirinya akan menetap di sekitar candi yang sedang dibangunnya. Lewat tulisan singkat ini diharapkan tidak lagi terjadi mispersepsi mengenai siapa pendiri candi-candi di Indonesia.
Hariani Santiko Guru Besar Ilmu Arkeologi, FIB UI
Sumber Tulisan
http://www.kompas.com