London, Inggris - Perkumpulan masyarakat Indonesia Jerman yang dikenal sebagai "Indonesia Nuernberg" menyelenggarakan festival antarbudaya dengan moto "Batik Menghubungkan Kita" atau dalam bahasa Jerman "Batik Verbindet Uns".
Festival dihadiri tidak kurang dari 250 pengunjung dan bertempat di Kultur Garten yang berada di tengah kota Nuernberg, Jerman Selatan, pada akhir pekan.
Ketua penyelenggara kegiatan, Dwi Anoraganingrum, kepada ANTARA London, Selasa, mengatakan, sejak UNESCO meresmikan seni batik Indonesia menjadi "warisan dunia" yang hidup pada 2009, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Hari Batik. Keberadaan batik di dunia internasional makin dikenal.
Dalam acara festival antarbudaya itu, hadir Konjen RI di Frankfurt, Damos Dumoli Agusman, Perwakilan Persatuan Afro-Deutsche, Barbara Steiniger, dan Kepala Dinas Budaya Kota Nuernberg, Jurgen Markwith, yang dalam sambutannya berharap acara ini dapat berlanjut dan menjadi agenda rutin Kota Nuernberg.
Sementara itu, Konjen KJRI Frankfurt, Damos Dumoli Agusman, mengaku bangga atas inisiatif masyarakat Indonesia yang berada di Jerman dalam menyosialisasikan batik Indonesia. "Baru kali ini saya melihat fashion show batik yang dijahit sendiri oleh anggota masyarakat setempat. Tentunya ini akan membuat batik lebih membumi dengan masyarakat Jerman."
Dalam festival antarbudaya yang digelar dalam rangka Hari Batik serta peringatan 60 tahun hubungan diplomasi antara Indonesia dan Jerman, digelar juga Workshop Batik untuk anak-anak yang dibimbing Ibu Anne Sonia.
Ahli-ahli batik asal Jerman, seperti Joachim Blank dan Annegret Haake dari Kronberg, memberi penjelasan mengenai batik dalam bahasa Jerman.
Annegret Haake adalah penulis buku tentang batik Jawa yang juga memamerkan sebagian koleksi batik pribadinya yang klasik. Sementara ahli batik asal Indonesia yang tinggal di Berlin, Niyah Dewi, mendemonstrasikan penulisan batik klasik.
Acara ini didukung oleh Departemen Budaya Kota Nuernberg, KJRI Frankfurt, IndoCon, Kultur Garten, Afrika Recycled, Afro-Deutsche, African Fashion, Kinder Museum, Indigoes, Batix, Snap, Kanue, dan Dolleadoll Indonesia.
Festival juga dimeriahkan tarian Jawa, Jingkrung Kuoso, oleh Tarasita Gilar, mahasiswi Indonesia di Mannheim, musik tradisional dari grup angklung KJRI-Frankfurt dan grup trommel Afrika dari Afro-Deutsche serta musik modern dari Band Indigoes Nuernberg.
Acara ditutup dengan peragaan busana desainer Katharina Nugraha. Ibu muda yang tinggal di Nuernberg ini merancang dan menjahit sendiri semua busana batik yang diperagakan oleh lima orang model yang berasal dari Indonesia, Jerman, Spanyol, dan Afrika.
Sumber: http://oase.kompas.com