Palembang, Sumsel - Wayang Palembang hingga kini masih bertahan, karena kepedulian salah satu lembaga internasional - Unesco yang konsen dalam program pendidikan keilmuan dan kebudayaan dunia.
Wirawan (39), dalang wayang Palembang, Selasa mengatakan awalnya dia tidak tertarik melestarikan kesenian tersebut, tetapi karena Unesco mau membantu, dia jadi ikut bersemangat mempelajari wayang.
Sedangkan pemerintah baik pemkot maupun pemprov sama sekali kurang memperhatikan kelestarian budaya warisan lelulur itu.
Menurut dia, sejak itu dia mulai mempelajari kaset-kaset yang disimpan ayahnya (alm), Muhammad Rusi Rasyd dan juga kakek Muhammad Rasyd.
Kaset-kaset berisi musik dan percakapan wayang dengan berbahasa "Plembang Bari" ia pelajari, katanya.
Dijelaskannya, wayang berupa lukisan yang dibuat pada kertas gulung berisikan cerita inti dari lakon akan dikisahkan oleh dalang, dan dimainkan dengan cara membeberkannya.
Ia mengatakan, tahun 2004 menjadi titik awal bagi dirinya menekuni wayang Palembang setelah mendapat bantuan berupa seperangkat gamelan dan 50 buah wayang dengan berbagai tokoh, kecuali bagong.
Tidak diikutsertakannya tokoh bagong karena memang saat wayang masuk ke Palembang abad ke-17 belum ada tokoh tersebut.
Dia menjelaskan, asal muasal wayang Palembang memang dari bangsawan Jawa yang datang ke daerah itu pada abad ke-17, tetapi disesuaikan dengan bahasa dan musik setempat.
Perbedaan wayang Jawa dan Palembang di antaranya bahasa menggunakan "baso bari Plembang" dan musiknya serta tidak ada sinden seperti umumnya penampilan wayang Jawa, katanya.
Sumber: http://oase.kompas.com