Semarang, Jateng - Ratusan pelajar dari enam kabupaten/kota di Jawa Tengah, Kamis, mengikuti pergelaran Festival Wayang Anak tingkat provinsi di Taman Budaya Raden Saleh Semarang.
Para pelajar yang terbagi dalam empat tim itu tampil secara bergiliran dengan lakon utama cerita Ramayana, namun disesuaikan dengan versi anak-anak yang jauh dari unsur percintaan.
Dialog, mimik, dan aksi lucu dari para pelajar saat mementaskan lakon pewayangan berulang kali mengundang gelak tawa para hadirin.
Menurut Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng Raharja, pergelaran festival wayang anak itu merupakan bagian dari kegiatan tahunan yang dimaksudkan mengangkat dan mengenalkan kesenian tradisional.
"Sebenarnya tidak hanya wayang, kami apresiasi berbagai kesenian tradisional. Kebetulan, kali ini dipilih wayang orang. Ini merupakan langkah kami mengenalkan beragam kebudayaan dan kesenian lokal," katanya.
Ia menyebutkan ada enam kabupaten/kota yang berpartisipasi dalam festival itu, yakni Kabupaten Pemalang, Rembang, Grobogan, dan Karanganyar, serta Kota Surakarta, dan Kota Semarang.
Masing-masing kabupaten/kota, kata dia, mengirimkan sebanyak 25 peserta yang tergabung dalam satu tim sehingga total ada enam tim. Usia peserta festival wayang anak tersebut dibatasi maksimal 16 tahun.
Ia mengatakan, sebenarnya pihaknya mengharapkan partisipasi aktif dari 35 kabupaten/kota di Jateng. Namun, hanya enam daerah yang menyatakan kesiapannya untuk mengirimkan wakilnya dalam festival wayang anak itu.
Sementara itu, Dwi Mahendra (14) salah satu peserta dari Kabupaten Karanganyar mengaku sudah mencintai dunia kesenian, terutama wayang dan karawitan sejak kecil sehingga bergabung di Sanggar Sarutama Karanganyar.
"Kami tadi mementaskan lakon Guwarso-Guwarsi yang menceritakan kisah anak yang tidak berbakti pada orang tuanya dan dikutuk menjadi monyet. Tidak ada persiapan khusus untuk pementasan ini," katanya.
Siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Surakarta itu mengaku kedua orang tuanya bukan seorang seniman, namun tetap mendukung bakat dan minatnya untuk menekuni dunia kesenian tradisional.
"Saya hanya ingin melestarikan budaya lokal, budaya leluhur," katanya, diamini dua rekannya, Magistra Yoga Utama (14) dan Pradana Putranto Asa (14) yang juga menjadi peserta Festival Wayang Anak Jateng itu.
Sumber: http://www.antaranews.com