Pantai Ujung Pandaran

Letak pantai Ujung Pandaran kurang lebih 80 kilo dari kota sampit ( ibukota kabupaten waringin timur, kalimantan tengah. Dapat ditempuh melalui jalur darat kurang lebih memakan waktu 3-4 jam, kendaraan yang bisa digunakan roda 4 atau roda 2. Selama perjalanan pengunjung bisa melihat perkebunan kelapa dan pemandangan pohon dan semak belukar yang menyejukkan. Pantai ini jauh dari keramaian kota, membuat liburan anda lebih tenang dan nyaman. Pantai ini menghadap ke Laut jawa dan memiliki suasana yang masih asri, wisatawan bisa melihat matahari terbit yang mempesona.

Ujung pandaran memiliki karakter pasir pantai berwarna putih dan kekayaan biota laut yang membentang puluhan kilometer, pantai ini juga bersifat landai. Khusus untuk biota laut, di Pantai Ujung Pandaran banyak terdapat ubur-ubur, ikan pari, berbagai jenis ikan kecil yang hidup di terumbu karang, dan lain-lain.

Pantai Ujung Pandaran memiliki deburan ombak yang lumayan besar, pasir putih dan pohon nyiur yang berderet rapi. Di sekitar areaa pantai terdapat rumah atau saung yang dijadikan tempat berteduh dan melepas lelah ketika cuaca sedang panas. Jika anda berkunjung ke pantai ujung pandaran jangan lupa untuk menyaksikan upacara atau ritual adat yang bernama simah laut. Simah laut adalah sebuah ritual tolak bala yang dilakukan oleh para nelayan Ujung Pandaran sebelum memulai pelayaran ke laut untuk mencari ikan. Ritual tahunan ini dilakukan setiap tanggal 10 bulan Syawal, atau sepuluh hari setelah Hari Raya Idulfitri.

Ritual simah laut mendapat perhatian khusus dari pemerintah sebagai wisata budaya, berikut beberapa penjelasan mengenai Simah laut.

Pembukaan upacara Simah Laut biasanya oleh Gubernur dan acara ini diikuti oleh para nelayan di pesisir Ujung Pandaran, di Pantai Ujung Pandaran sangat ramai karena yang mengikuti upacara Simah Laut pesertanya ribuan terdiri dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Selepas penutupan acara perkemahan tersebut, Gubernur Kalteng dan para bupati diarak oleh rombongan putra-putri berpakaian khas Kotawaringin Timur menuju rumah panggung di tepi pantai tersebut.

Di gapura yang berhias janur, rombongan disambut oleh tetua adat masyarakat Ujung Pandaran yang juga pawang simah laut,. Dipotonglah janur yang melintang di muka pintu gerbang tadi dan rombongan bergerak mendekati rumah panggung.

Mereka pun lalu menaiki lantai panggung dan berdiri mengelilingi miniatur rumah betang (rumah khas Dayak) dan perahu sepanjang 1,5 meter dengan lebar 0,5 meter.

Di dalam perahu tersebut diletakkan aneka wadai (sebutan masyarakat setempat untuk kue tradisional seperti cucur, apam), wajik, bubur merah, bubur putih, dan juga telur. Kepala kerbau juga merupakan salah satu kelengkapan sesajian kaum nelayan yang akan dihanyutkan ke laut menggunakan perahu kecil itu.

***

Sumber: www.pantai.org
-

Arsip Blog

Recent Posts