Jakarta - Tahun 2013 merupakan tahun ke-7 pergelaran Festival Musik Bambu Nusantara. Tentunya dari waktu ke waktu festival ini mengalami perkembangan. Pada tahun ke-7, FMBN 2013 akan menampilkan Bass Bambu.
“Bass bambu itu diciptakan oleh seorang dari Bandung namanya Pak Yus. Masih terus disempurnakan tapi minggu depan akan di test case oleh Barry Likumahuwa, basis andal,” kata Dwiki Dharmawan, salah satu pencetus ide Festival Musik Bambu Nusantara.
Walaupun namanya Bass Bambu, tapi tidak seluruh bagian bass terbuat dari bambu. Bentuknya seperti bass pada umumnya. Hanya tempat resonansinya saja yang terbuat dari bambu. Sementara untuk senar bass memakai senar konvensional. Bass ini dibuat dua jenis. Jenis yang pertama dengan nada tradisional atau slendro dan jenis kedua dibuat dengan nada diatonis.
Selain Bass Bambu, Indonesia juga memiliki alat musik modern dari bambu lainnya, seperti biola bambu dan kajoon bambu dan lain-lain. Ini merupakan sebuah inovasi tersendiri mengingat Indonesia merupakan negara yang banyak ditumbuhi batang beruas itu.
Tantangan Membuat Alat Musik Bambu
Ternyata tidak mudah membuat alat musik dari bambu. Hal ini disebabkan sifat bambu yang sangat peka terhadap perubahan udara. Jika dibawa ke tempat dengan suhu udara yang berbeda saja, bambu itu bisa pecah.
“Karena bambu itu sangat sensitif jadi susahnya itu di resonansinya. Dari Bandung di bawa ke Jakarta aja udah beda,” tutur Dwiki.
Musisi Jazz ternama ini juga mengaku pernah membawa alat musik bambu ke luar negeri seperti Jerman, Jepang, dan Amerika. Ketika sampai di sana suara yang dihasilkan pun berbeda atau bahkan bisa pecah karena terlalu peka terhadap perubahan udara.
Mungkin hal inilah yang membuat sulitnya musisi Indonesia membawa musik bambu ke mancanegara. Dibutuhkan teknologi yang bisa memecahkan masalah ini agar musik bambu nusantara bisa bergema di kancah global.
Sumber: http://travel.kompas.com