Oleh: Maemunah Dawi
Abstract
The study was conducted at the Mai ‘ting watershed, Rantetayo district, Tana Toraja regency. The sample areas are Lembang Paku Dende, Lembang Dende, Lembang Kurra and Lembang Tapparang. The number of respondents was 300 people visiting the area. The study is meant to find out various tourism potentials comprising the river tourism, nature tourism, flora and fauna culture, efectiveness of the Mai ‘ting watershed management, contribution of the Mai ‘ting watershed, and management model of ecotourism that can be developed. Management Ecotourism Models already exist on a few region. Each of region has a common and diferent potency of tourism objects, such as: value of culture and specific characters of region. Nevertheless, those has a common management purpose. Beside as develop area/region, those area has a ‘ecotourism ‘ unique, responsibility and sustainability also as conservation and preservation to ecology and environmental potency.
Pendahuluan Latar Belakang
Sejak terjadinya perubahan pola kegiatan pariwisata dari matahari, laut, dan pasir pantai (sun, sea, and sand) mengarah ke pariwisata bentuk alami, terjadi pula perubahan pola kegiatan industri pariwisata dari kegiatan wisata massal (mass tourism) ke wisata minat (nice tourism).
Salah satu kegiatan wisata minat khusus yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, bahkan telah menjadi isu global yaitu dengan berkembangnya ekowisata (ecotourism) sebagai kegiatan wisata alam yang berdampak ringan. Kehadiran ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu misi pengembangan pariwisata alternatif yang tidak banyak menimbulkan dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap sosial budaya dan daya tarik wisata lainnya. Kegiatannya lebih berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alami, asli, dan belum tercemar.
Isu ekowisata yang sedang berkembang tersebut, dilandasi suatu rumusan definisi (Boo, 1991: 54) yang berbunyi:
Nature of ecotourism is that consist in travelling to relatively understurb of contaminated natural area with spesific objective of studying, admiring, enjoying and it plants, animal as well as any existing cultural manifestation (both past and present) found these areas.
Sebagai kegiatan wisata alam yang mempunyai tujuan khusus dan bertanggung jawab, ekowisata semakin banyak diminati masyarakat sebagai kegiatan wisata yang menyenangkan. Kecenderungan ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat pencinta alam di dunia termasuk masyarakat Indonesia yang melakukan berbagai kegiatan wisata alam berupa lintas alam (hiking), panjat tebing (climbing), arung jeram (rafting), berkemah (camping ground), naik sepeda gunung (rising bycicle), menikmati keindahan alam, serta keaslian budaya lokal.
Meskipun Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi daya tarik wisata cukup banyak seperti sumber daya alam, keragaman hayati, dan berbagai nilai-nilai budaya yang tersebar di berbagai kawasan nusantara, namun untuk pengelolaan ekowisata nampak belum berkembang secara merata di berbagai daerah tujuan wisata (DTW). Kegiatannya masih terbatas pada pengelolaan kawasan tertentu (kawasan dilindungi).
Melihat kondisi pengembangan ekowisata di Indonesia dengan keragaman potensi daya tarik wisata yang cukup banyak terdapat di berbagai kawasan nusantara, maka ekowisata sangat perlu untuk dikembangkan secara intensif di berbagai DTW yang potensial.
Salah satu kawasan objek wisata di Tana Toraja yang menarik adalah DAS Mai‘ting. Kawasan tersebut memilki potensi daya tarik ekowisata yang cukup menarik dan beragam, terutama keaslian potensi sungainya dan nilai-nilai eksotik yang terkandung dalam keseharian kehidupan masyarakat Toraja yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai.
Berdasarkan pengamatan, hampir sepanjang sungai Mai‘ting memiliki potensi besar yang cukup menarik serta memenuhi syarat untuk dikembangkan sebagai satu pengelolaan ekowisata (Inskeep, 1991; Groot, 1990) yaitu : (1) memiliki keindahan dan keaslian alam serta sifat khusus lingkungan yang indah, menarik, dapat menunjang kegiatan rekreasi; (2) berdekatan dengan daerah yang memiliki keadaan alam yang menarik serta berbagai peninggalan bersejarah; (3) berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang merupakan daya tarik wisata yang unik.
Selain sebagai objek wisata sungai yang banyak mendapat perhatian wisatawan mancanegara dari berbagai negara, DAS Mai‘ting memiliki potensi lainnya yaitu: (1) terletak pada posisi strategis yang dapat terjangkau dengan berbagai jenis angkutan darat; (2) memiliki kondisi air dan jeram sungai yang berkualifikasi nasional dan internasional; (3) terdapat beberapa sumber daya tarik alam berupa air terjun, pasir putih, keindahan alam, flora dan fauna, hamparan sawah yang luas, daerah pertanian, perkebunan rakyat, pegunungan terjal; (4) terdapat perkampungan masyarakat dengan berbagai peninggalan tradisional khas Toraja.
Jika segala potensi daya tarik wisata DAS Mai‘ting dikembangkan dengan terencana dan terpadu serta memenuhi standar internasional, maka tidak hanya kegiatan wisata sungai yang menjadi tujuan utama wisatawan, akan tetapi berbagai paket wisata lainnya dapat dikembangkan sehingga manfaatnya akan sangat menguntungkan masyarakat, dunia usaha dan pemerintah serta kepentingan sosial lainnya.
Namun yang patut mendapat perhatian terhadap pengelolaan DAS Mai‘ting sebagai objek kunjungan wisata sungai, secara realitas pengelolaan objek wisata tersebut belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Bentuk pengelolaan serba tidak sempurna, disebabkan kebijakan pemerintah belum berjalan sebagaimana mestinya, koordinasi antar sektor tidak efektif, keterlibatan masyarakat sangat rendah, dan tata ruang pembangunan tidak mendukung pengelolaan objek wisata di DAS Mai‘ting. Begitupula kontribusinya terhadap peningkatan ekonomi daerah dan ekonomi kerakyatan serta pelestarian nilai budaya dan lingkungan tergolong masih rendah.
Untuk meningkatkan pengelolaan potensi daya tarik objek di DAS Mai‘ting, maka diperlukan suatu model pengelolaan ekowisata yang efektif. Dalam rangka itulah maka penelitian tentang “Model Pengelolaan Ekowisata di DAS Mai‘ting Kabupaten Tana Toraja” memiliki urgensi.
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah potensi daya tarik objek wisata DAS Mai‘ting menarik untuk dikembangkan sebagai model pengelolaan ekowisata? (2) Bagaimanakah efektivitas pengelolaan objek wisata DAS Mai‘ting dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah, pendapatan masyarakat, pelestariaan lingkungan, pelestarian nilai budaya dan pemberdayaan potensi masyarakat sekitar? (3) Bagaimanakah prospek pengembangan daya tarik objek wisata DAS Mai‘ting sebagai model pengelolaan ekowisata? (4) Bagaimanakah model pengelolaan ekowisata yang dapat dikembangkan di DAS Mai‘ting Kabupaten Tana Toraja?
Potensi Daya Tarik Objek Wisata DAS Mai‘ting
Jenis potensi daya tarik objek wisata DAS Mai‘ting dapat diklasifikasi dalam beberapa kelompok yakni: potensi daya tarik wisata sungai, daya tarik wisata alam, daya tarik wisata jenis fauna dan daya tarik jenis flora, potensi daya tarik wisata budaya, efektifitas pengelolaan dan kontribusi terhadap pendapatan daerah, ekonomi masyarakat, pelestarian nilai budaya dan lingkungan, dukungan sarana-prasarana dan partisipasi berbagai pihak terkait (lembaga terkait, dunia usaha, dan masyarakat).
Dilihat dari jumlah skor rata-rata potensi daya tarik objek wisata di DAS Mai‘ting sebesar 65,80 atau 73,11 % dari skor maksimal, maka berdasarkan kriteria substansi variabel yang digunakan, dapat dirumuskan, bahwa skor rata-ratanya berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa DAS Mai‘ting memiliki keragaman potensi daya tarik objek wisata yang tergolong tinggi atau dapat dikatakan cukup potensial dan menarik.
Realitas ini mencerminkan bahwa daya tarik objek wisata di DAS Mai‘ting mempunyai prospek untuk dapat dikembangkan sebagai model pengelolaan ekowisata, sebagaimana yang berkembang seperti di South East Queesland (Project Queensland State Government, 1993) dan DAS Ciliwung (WALHI, 1991).
Tabel 1 : Rekapitulasi Potensi Daya Tarik Objek Wisata di DAS Mai‘ting Kabupaten Tana Toraja.
Daya Tarik Objek Wisata
Hasil Analisis
Skor (S)
Substansi Variabel*
1. Wisata sungai
66, 50 (73,89 %)
Tinggi
2. Wisata alam
67,50 (74,44 %)
Tinggi
3. Wisata jenis flora
65,50 (72,78 %)
Tinggi
3. Wisata jenis fauna
64,00 (71,11 %)
Tinggi
5. Wisata budaya
66,00 (73,33 %)
Tinggi
Rata-rata
65,80 (73,11 %)
Tinggi
Sumber: Hasil Olahan Data Kuesioner,2003 *Kriteria Substansi Variabel :
S : 66,67 % - 100 % dari SM = Tinggi S : 33,34 % - 66,66 % dari SM = Sedang S : 0 % - 33,33 % dari SM = Rendah
SM = Skor Maksimal
= Bobot Tertinggi x Jumlah Responden = 1x90 = 90
Efektivitas Pengelolaan Objek Wisata DAS Mai‘ting
Dilihat dari skor variabel efektivitas pengelolaan objek wisata di DAS Mai‘ting sebesar 27,00 atau 30,00 % dari skor maksimal, maka berdasarkan kriteria substansi variabel yang digunakan, dapat dirumuskan, bahwa skornya berada pada kategori rendah. Hal ini berarti bahwa efektivitas pengelolaan objek wisata di DAS Mai‘ting dapat dikatakan masih rendah (Tabel-2).
Tabel 2 : Efektivitas Pengelolaan Objek Wisata di DAS Mai‘ting Menurut Wisatawan (n = 90).
Efektivitas Pengelolaan Objek Wisata
Bobot
(B)
Responden
B.F
Hasil Analisis
F
%
1. Efektif
1
11
12,22
11,00
S = 30,00 %
2. Kurang efektif
0,5
32
35,56
16,00
Substansi variabel*
3. Tidak efektif
0
47
52,22
0
Rendah
Jumlah
-
90
100
27,00
SM = 90
Sumber: Hasil Olahan Data Kuesioner, 2003. * Kriteria Substansi Variabel :
S : 66,67 % - 100 % dari SM = Tinggi S : 33,34 % - 66,66 % dari SM = Sedang S : 0 % - 33,33 % dari SM = Rendah SM = Skor Maksimal
= Bobot tertinggi x jumlah responden = 1 x 90
Rendahnya efektivitas pengelolaan objek wisata di DAS Mai‘ting disebabkan karena pengelolaan daya tarik objek wisata ini belum terkelola sebagaima diharapkan. Pengelolaannya yang ditangani oleh dunia usaha, orientasinya lebih mengarah kepada persaingan bisnis tanpa memperhitungkan kontribusinya terhadap pendapatan daerah, pendapatan masyarakat, serta kelestarian nilai budaya dan lingkungan.
Hasil analisis efektifitas pengelolaan daya tarik objek wisata DAS Mai‘ting yang tergolong rendah, belum sesuai dengan apa yang ditekankan Kusler (1997: 8) bahwa konsep pengelolaan ekowisata lebih mengarah kepada efektifitas pengelolaan, nilai-nilai konservasi dan preservasi terhadap berbagai sumber daya tarik wisata dan lingkungan.
Kontribusi Pengelolaan Obyek Wisata DAS Mai‘ting
Kontribusi pengelolaan objek wisata selama ini tergolong masih rendah, Keadaan tersebut nampak bahwa kontribusi terhadap pendapatan daerah, ekonomi masyarakat, kelestarian nilai budaya dan lingkungan objek wisata belum memberi kontribusi sesuai yang diharapkan. Adapun kontribusi pengelolaan potensi objek wisata DAS Mai‘ting disajikan pada Tabel-3.
Dari jumlah skor rata-rata kontribusi pengelolaan daya tarik objek wisata di DAS Mai‘ting sebesar 43,30 atau 36,08 % dari skor maksimal, dapat dikategorikan rendah. Hal ini berarti bahwa kontribusi pengelolaan daya tarik objek wisata di DAS Mai‘ting tergolong rendah, namun kontribusinya terhadap kelestarian lingkungan setempat cukup tinggi. Rendahnya kontribusi pengelolaan objek wisata terhadap pendapatan daerah dan masyarakat, kelestarian budaya dan pemberdayaan potensi masyarakat setempat, berkaitan dengan rendahnya efektivitas pengelolaan daya tarik objek wisata di DAS Mai‘ting selama ini.
Tabel 3: Rekapitulasi Pengelolaan dan Kontribusi Pengelolaan Daya Tarik Objek Wisata di DAS Mai‘ting Kabubaten Tana Toraja.
Kontribusi Pengelolaan Objek Wisata
Hasil Analisis
Skor (S)
Substansi Variabel*
1. Pendapatan daerah
26,50(3 1,18%)
Rendah
2. Pendapatan masyarakat
33,50(27,92%)
Rendah
3. Kelestarian lingkungan
86,50(72,08%)
Tinggi
4. Kelestarian budaya
33,00(27,50%)
Rendah
5. Pemberdayaan masyarakat
34,00(28,33%)
Rendah
Rata-rata
43,30(36,08%)
Rendah
Sumber: Data primer diolah, 2003
Untuk mewujudkan DAS Mai‘ting sebagai model pengelolaan ekowisata idaman sebagaimana dalam visi pembangunan pariwisata Tana Toraja sebagai “daerah idaman yang paling indah dan tempat tinggal masyarakat yang beriman, mandiri, kreatif, dinamis, sejahtera dan penuh kasih persahabatan serta dilandasi berbagai nilai agama dan budaya tradisional, bernuansa berkelanjutan”, maka perlu dukungan berbagai faktor ketersediaan potensi daya tarik objek wisata, sarana prasarana, peran lembaga terkait, dunia usaha, dan masyarakat.
Pendukung Objek Wisata DAS Mai‘ting sebagai Model Pengelolaan Ekowisata.
Dukungan terhadap pengelolaan potensi daya tarik objek wisata DAS Mai‘ting adalah ketersediaan prasarana jalan (jalan utama, jalan desa dan jalan setapak), sarana transportasi, informasi dan komunikasi serta akomodasi seperti penginapan, rumah makan, warung suvenir, sanggar budaya dan sebagainya. Dukungan lainnya berkaitan dengan sikap dan perilaku masyarakat. Ini dapat dilihatpada Tabel-4.
Tabel 4: Rekapitulasi Pendukung Potensi Daya Tarik Wisata DAS Mai‘ting
Potensi Pendukung Daya Tarik Objek
Hasil Analisis
Skor (S)
Substansi Variabel*
1. Praprasarana jalan
2. Sarana akomodasi
3. Sarana transportasi
4. Perilaku masyarakat
21,50(23,89%)
23,00(25,56%)
24,50(27,22%)
68,50(76,11%)
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rata-rata
34,38 (38,19 %)
Rendah
Sumber : Hasil Analisis Data Olahan 2003
Dilihat dari skor rata-rata pendukung potensi daya tarik objek wisata di DAS Mai‘ting sebesar 34,38 atau 38,19 % dari skor maksimal, berarti skor rata-ratanya kategori sedang. Artinya, dukungan sarana-prasarana, akomodasi dan keramahtamahan masyarakat terhadap pengembangan potensi daya tarik objek wisata di DAS Mai‘ting sebagai model pengelolaan ekowisata tergolong sedang dan perlu ditingkatkan.
Dukungan para Pihak Terhadap Pengelolaan Objek Wisata DAS Mai‘ting
Dukungan para pihak merupakan suatu bentuk partisipasi terhadap prospek pengembangan model pengelolaan ekowisata di DAS Mai‘ting dalam hal penyedian sarana prasarana dan akomodasi lainnya. Ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5: Rekapitulasi Bentuk Dukungan Lembaga Terkait dan Dunia Usaha serta Masyarakat
ukungan Terhadap Pengembangan Ekowisata
Hasil Analisis
Skor (S)
Substansi Variabel*
1. Dukungan Aparat Terkait/ Dunia Usaha
3. Dukungan Masyarakat
61,00(71,76%)
66,50(78,33%)
Tinggi
Tinggi
Rata-rata
62,33(73,33%)
Tinggi
Sumber: Data primer diolah, 2003.
Dilihat dari skor rata-ratanya sebesar 62,33 atau 73,33 % dari skor maksimal, maka berdasarkan kriteria substansi variabel yang digunakan, dapat dirumuskan bahwa skor 73,33 % dari skor maksimal berada pada kategori tinggi atau cukup mendukung. Tingginya skor tersebut menunjukkan bahwa lembaga terkait dan dunia usaha serta masyarakat cukup mendukung prospek pengembangan daya tarik objek wisata DAS Mai‘ting sebagai model pengelolaan ekowisata.
Kesimpulan dan Saran
DAS Mai‘ting sebagai salah satu kawasan objek wisata sungai yang berkualifikasi internasional di Tana Toraja cukup potensial untuk dikembangkan sebagai model pengelolaan ekowisata. Selain didukung potensi daya tarik alam yang mempesona, ciri khas nilai budaya dan peninggalan tradisional yang unik, DAS Mai‘ting termasuk kawasan wisata yang memiliki daya saing dan daya serap yang tinggi. Keadaan ini dapat terlihat dari sejumlah besar wisatawan mancanegara yang berkunjung untuk melakukan kegiatan wisata sungai (arung jeram) dan kegiatan wisata lainnya seperti memancing, naik perahu dayung dan menikmati udara segar dan pesona alam.
Untuk mengembangkan DAS Mai‘ting sebagai model pengelolaan ekowisata, maka selain didukung hasil analisis potensi daya tarik wisata, kondisi lingkungan, ketersediaan prasarana jalan, fasilitas dan akomodasi, perlu pula didukung partisipasi aparat terkait, dunia usaha dan masyarakat, serta dukungan berbagai unsur lain.
Unsur-unsur lain yang dimaksudkan adalah faktor kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan peraturan daerah (PERDA), Undang-Undang, program pembangunan daerah (PROPEDA), rencana strategis pembangunana daerah (RENSTRA), rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMD), norma dan nilai, serta istem pengelolaan potensi daya tarik ekowisata. Selain beberapa unsur tersebut, yang dapat dijadikan landasan pengembangan konsep model pengelolaan ekowisata di DAS Mai‘ting, perlu pula acuan beberapa model pengelolaan ekowisata di daerah lain seperti di Blize, Equador, South East Queensland, Tangkuban Perahu dan Ciater serta sungai Ciliwung. Hal ini dimaksudkan sebagai landasan operasional dalam pengembangan model ekowisata di DAS Mai‘ting.
Model pengelolaan ekowisata yang telah dikembangkan dibeberapa daerah, masing masing memiliki kesamaan dan perbedaan potensi daya tarik obyek wisata, nilai budaya dan ciri khas daerah. Namum pada dasarnya memiliki tujuan pengelolaan yang sama. Selain sebagai kawasan pengembangan berbagai daya tarik ekowisata yang menarik, mengesankan, bermakna, bertanggung jawab dan berkelanjutan, juga merupakan sarana konservasi dan preservasi terhadap potensi daya tarik, ekologi/lingkungan. Model pengelolaan ekowisata di Blize misalnya, memanfaatkan daya tarik bentang alam, potensi sungai, keindahan alam, hutan lindung, cagar budaya dan upacara adat khas Indian. Sedang model pengelolaan ekowisata di Sungai Ciliwung memanfaatkan potensi sungai, bentang alam, cagar alam, keindahan alam dan nilai-nilai eksotik budaya lokal. Begitupula pengelolaan ekowisata di Tangkuban Perahu dan Ciater yang memanfaatkan sumber daya tarik wisata alami berupa bentang alam, keindahan alam, keadaan alam khas pegunungan, kawah gunung dan sumber air panas serta beberapa peninggalan nilai tradisional.
Manfaat pengelolaan ekowisata diberbagai daerah rata-rata orientasinya tertuju pada aspek pertumbuhan ekonomi daerah dan ekonomi kerakyatan, konservasi dan preservasi terhadap sumber daya alam, lingkungan, dan nilai budaya. Sedangkan aspek sosialnya tertuju pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat melalui kesempatan kerja serta pemberdayaan masyarakat. Demikian pula terhadap pelestarian berbagai peninggalan tradisionil dan sumber daya tarik lainnya.
Dengan konsep model pengelolaan ekowisata, DAS Mai‘ting dapat dikembangkan sebagai suatu model pengelolaan ekowisata idaman yang bertanggung jawab, sebagaimana model pengelolaan ekowisata lestari yang di kembangkan Sadler (1990). Begitupula dengan formulasi konsep ekowisata yang dikemukakan Inskeep (1991) dan Groot (1990) sebagai salah satu syarat pengembangan ekowisata lestari, indah, alami, menarik, bermakna dan bertanggung jawab. Selain bertujuan untuk meningkatkan daya tarik dan kegiatan wisata, kualitas lingkungan, kelestarian nilai budaya dan partisipatif masyarakat, juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah, pendapatan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat.
Berbagai unsur yang terkait dalam pengembangan DAS Mai‘ting sebagai objek kunjungan ekowisata, dapat diformulasikan dalam bentuk bagan sebagai suatu konsep model pengelolaan ekowisata, sebagaimana yang disajikan pada Gambar 1.
Konsep Model Pengelolaan Ekowisata
Gambar-1: Konsep Model Pengelolaan Ekowisata DAS Mai‘ting.
Daftar Pustaka
Boo, E. 1990. Ecotourism, The Potential and Pitfallsy. Washinton.
Bahri, A. 1997. Pengkajian Teori Statistik Untuk Pengukuran Kemiskinan Melalui Prilaku Investasi. Tesis S2, Pascasarjarna Unhas.
Gunawan, M . 1996. “Domestic Tourism In Indonesia ”, Recreasion Researher. ITB, Bandung.
Inskeep, E. 1991. Tourism Planning: an Intergrated and Sustainable Development Approach. Van Nostrand Reinhold, New York.
Low C. D. C. dan Hibron. K. 1996. Ecotourism: An antated Bibliography, Research Report South. Roc and Commenweath Departemen of Tourism.
Mathieson, AG.W., 1982. Outdoor Recreation,. Soreet Publishing Pty, Limited Melbouene.
__________
Maemunah Dawi adalah Dosen pada Kopertis Wilayah IX, Makassar
Sumber : pascaunhas.net