Kemeriahan Karnaval Budaya Multikultural Padang

Padang, Sumbar - Rekor sepasan terpanjang di du­nia saat ini dipegang Taiwan. Sepa­san itu diduduki 200 anak sepan­jang 168 me­ter, dengan jarak tempuh 1,6 km dan melibatkan 400 orang. Hari ini, re­kor baru bakal dipecahkan warga ke­turunan Tionghoa yang tergabung da­lam Perkumpulan sosial dan pema­ka­man Himpunan Tjinta Teman (HTT).
Di usia 150 tahun ini, HTT menam­pi­l­kan sepasan sepanjang 2,43 meter yang akan diduduki 223 anak-anak ber­pakaian adat Minang dan Tiong­hoa. Sepasan ini akan menempuh ja­rak 3,9 km dan melibatkan 1.500 orang.
Kemarin, suasana Kampung Pon­dok, Kecamatan Padang Barat, tampak me­riah. Ratusan lampu lampion ter­pa­sang di sepanjang jalan. Pernak-per­nik karnaval budaya pun sudah diper­siap­kan di dalam gedung. Sepa­san ter­panjang di dunia itu tampak “tidur” da­lam gedung HTT.
Tamu-tamu dari luar negeri seperti Malaysia, Belanda, China, Taiwan dan beberapa negara lainnya, juga sudah berdatangan. Mereka ikut menyaksikan persiapan karnaval yang akan digelar hari ini, pukul 15.00.
Karnaval sepasan ini akan dibuka di Jalan Batang Arau, persisnya di bawah Jembatan Siti Nurbaya. Siang itu, para peserta karnaval melakukan gladi resik. “Kita menggelar perayaan HUT Ke-150 HTT termegah, besok (hari ini, red). Perayaan HUT tersebut akan menjadi pusat perhatian sebagai kegiatan wisata dan budaya,” ungkap Ketua Umum HTT, Ferryanto Gani kepada wartawan di sela-sela persiapan “Pawai Budaya Multikultural” di gedung HTT Padang, kemarin.
Festival budaya bertemakan “Indahnya Keberagaman” tersebut, menghadirkan naga, singa utara, wushu, kio, gambang, sepasan, kuda api-api bugi, perangkat kebudayaan, dan barongsai dan lainnya. Kemudian, prosesi perkawinan Minangkabau, perkawinan ala Tionghoa, karnaval busana Tionghoa masa lalu, prosesi budaya Mentawai dan lainnya.
“Ini momentum wisata seni budaya. Promosi kepada dunia tentang satu seni budaya langka, justru tidak ada lagi di tempat kelahirannya, di China sana. Diharapkan Padang makin dikenal melalui kegiatan ini,” harap Tuako Ferryanto yang memiliki nama China Gan Hok Liong itu.
Sepasan berbentuk kepala naga ini, adalah binatang hutan yang ganas di zaman Dinasti Ming. Sepasan terpanjang dunia ini akan menempuh rute dari Jembatan Siti Nurbaya – Jalan Nipah – Jalan Hayam Wuruk – Jalan Gereja - Jalan Bundo Kandung – Jalan Pondok – Jalan Niaga dan finish di Kelenteng.
Pihak Guinness World Record menyaksikan langsung karnaval ini. Ikut dihadiri perwakilan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Wali Kota Padang Fauzi Bahar dan muspida.
Untuk memecahkan rekor dunia ini, kata Ferryanto, membutuhkan perjuangan berat. Sebab, jika saja ada hal mengganggu selama berlangsungnya kegiatan, dapat menggugurkan pemecahan rekor dunia. “Dibutuhkan kekompakan mengangkat sepasan tersebut. Satu anak akan dipegang empat orang. Jika tak kompak mengangkat sepasan ketika diduduki anak-anak itu, maka akan patah dan membuat si anak cedera. Itu akan menggugurkan pemecahan rekor dunia,” tutur Ferryanto didampingi Bendahara Umum HTT, Albert Hendra Lukman.
Mengantisipasi itu, HTT menentukan syarat para pengangkat sepasan tersebut. Salah satunya tinggi dan berat badan. Saat sepasan berjalan, akan diiringi lagu-lagu perjuangan. “Dengan adanya lagu tersebut, akan menambah dan membakar semangat menggotong sepasan hingga finish,” sebut Ferryanto.
Tak hanya pengangkat sepasan, anak-anak yang duduk di atas sepasan pun ditentukan persyaratannya. Salah satunya, usia mulai 2 sampai 5 tahun dengan berat badan 30 kg.
Untuk memastikan pemecahan rekor dunia, HTT memasang tali dan kamera dari kepala hingga ujung sepasan. Selama atraksi, akan dipantau tim independen dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. “Kami  berharap support dan doa warga Sumbar demi kesuksesan pemecahan rekor dunia ini,” pinta Ferryanto.
Sebelumnya, saat perayaan Cap Go Meh 2009 lalu, HTT Padang menorehkan 3 rekor Muri (Museum Rekor Indonesia), yakni sepasan terpanjang, arakan kio dan naga dimainkan oleh kaum perempuan.
Albert Hendra Lukman, Bendahara Umum HTT, menyadari karnaval budaya ini akan mengganggu lalu lintas di kawasan Pondok. “Mulai pukul 06.00 pagi (hari ini, red), jalan di seluruh kawasan Pondok sudah disterilkan. Untuk itu, kami mohon maaf kepada warga Padang atas terganggunya arus lalu lintas ke kawasan Pondok,” tutur anggota DPRD Padang ini.
Membaur
Peneliti etnis Tionghoa Padang dari Universitas Negeri Padang, Dr Erniwati M Hum memuji HTT di usia ke-150 tahun mampu hidup berdampingan secara damai dengan warga pribumi. Ini pula yang membuat komunitas tertua di Kota Padang ini mampu bertahan hingga usia 150 tahun.
Di Padang, tercatat ada 5.000 anggota HTT. Lima persen di antaranya diperkirakan muslim. “Menjadi menarik karena komunitas ini mengedepankan tiga hal, yakni sosial, budaya dan kematian. Komunitas ini kental dengan prosesi upacara budaya (sembahyang secara budaya). Dua abad lalu, Padang didatangi berbagai suku bangsa dan salah satunya Tionghoa,” sebut Ernawati saat Pidato Kebudayaan di HTT belum lama ini.
“Dalam interaksi, mereka membina hubungan sosial dan ekonomi untuk menunjang kehidupan mereka. Sedangkan dari segi budaya, mereka tetap memelihara budaya tradisonal leluhur yang mengalami perubahan seiring perkembangan zaman,” katanya.
Meski demikian, mereka tetap berbaur dengan unsur lokalitas. “Warga Padang terkenal egaliter, dengan memberikan ruang bagi etnis Tionghoa mengembangkan identitasnya sendiri,” tutur Erniwati.
-

Arsip Blog

Recent Posts