Pontianak, Kalbar - Pameran lukisan bertajuk Citra Khatulistiwa di Museum Provinsi Kalimantan Barat resmi dibuka, Selasa (27/8) Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan Ida Kartini. Pengunjung pameran pun membeludak. Lukisan yang dipamerkan merupakan karya para pelukis atau perupa yang telah masuk dan mengisi perjalanan penting sejarah seni rupa Indonesia, seperti Raden Saleh Sjarief Boestaman, Affandi, Basuki Abdullah, Achmad Sadali, AD Pirous, Agus Djaja, Dullah, Djoko Pekik, Fadjar Sidik, Handrio, Hendra Gunawan, dan masih banyak lagi.
Selain menampilkan karya-karya perupa koleksi Galeri Nasional Indonesia, pameran itu juga menampilkan karya perupa dan fotografi Kalimantan Barat, seperti Bing Kalis, Fathul Ihsan, Budi Kurniawan, Kessusanto Liusvia (Kekes), Joko Haryanto, Chriesy dan lain-lain. Sedangkan untuk karya fotografi, Nunung Prasetyo, Bruno, Vicktor Fidelis Sentosa dan Febri Gumay.
Pameran ini merupakan hasrat untuk menampilkan ragam realitas social kemasyarakatan yang terekam dalam artifak karya seni rupa Indonesia, khususnya di kawasan Kalimantan Barat. Dengan demikian, sebagian besar karya-karya yang dipresentasikan pada perhelatan pameran ini merupakan sebagian dari rentetan rekaman jejak-jejak sosial kemasyarakatan yang terjadi di Kalimantan Barat dari waktu ke waktu. Realitas sosial yang sudah dipindah-bentukkan oleh para seniman ini telah menjadi realitas artistik. Maka, ada sekian banyak bentuk-bentuk ekspresi seni rupa yang ditampilkan di pameran ini.
Pameran yang rencananya akan digelar selama seminggu (27 Agustus-1 September 2013) ini disambut baik pemerintah setempat. Diharapkan dengan adanya pameran lukisan hasil karya sang maestro dan perupa Kalimantan Barat ini mampu memupuk semangat para seniman Kalimantan barat untuk terus eksis berkarya hingga kancah nasional.
“Kita meyambut baik pameran lukisan ini. diharapkan mampu memupuk semangat seni semakin dinamis. Tidak berhenti sebatas seremonial saja, khusus melestarikan seni kebudayaan dalam pemabangunan nasional,”kata Staf Ahli Gubernur Kalimantan Barat Bidang Pembangunan, Ida Kartini, dalam pembukaan pameran, kemarin. menyambut baik
Kendati demikian, tidak adanya fasilitas khusus pameran lukisan di Kalimantan Barat menjadi sorotan tersendiri bagi para perupa. Seperti yang diungkapkan Eugene Yohanes Palaunsoeka, Ketua Komite Seni Rupa, Dewan Kesenian Kalimantan Barat.
Menurut Yohanes, sudah tiga tahun pihaknya menunggu Kalimantan Barat menjadi tuan rumah pameran lukisan Galeri Nasional Indonesia. Namun demikian, tampaknya pemerintah daerah kurang merespon. Selain itu, Kalimantan Barat tidak memiliki fasilitas khusus gedung lukisan. “Kita harapkan dengan adanya pameran lukisan Galeri Nasional ini menjadi renungan buat para pembuat kebijakan. Karena hingga saat ini Kalbar tidak memiliki fasilitas khusus untuk media pameran lukisan,” katanya.
Terkait hal itu, Sekretaris Ditjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gatot Gautama yang turut hadir dalam pembukaan pameran lukisan “Citra Khatuistiwa” itu berencana akan merevitalisasi fungsi dari Taman Budaya secara bertahap, agar perubahan yang terjadi mengembalikan laboratorium budaya itu ke jalur semula. "Saat ini, Taman Budaya sudah mengalami perubahan. Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi kembali, guna memunculkan kembali jiwa Taman Budaya," katanya di sela pembukaan pameran Citra Khatulistiwa di Auditorium Museum Provinsi Kalbar di Pontianak.
Menurut Gatot, Taman Budaya dulu dikenal sebagai laboratorium seni daerah. Karya seni dari pelosok, diolah kembali di Taman Budaya sehingga menghasilkan kreasi-kreasi baru. "Bahkan bisa saja nanti Taman Budaya menjadi pusat studi seni, termasuk di Kalbar. Itu juga sebab kenapa kebudayaan melekat dengan pendidikan," ujar dia.
Namun, lanjut dia, saat ini Taman Budaya cenderung hanya sekedar sebagai tempat untuk menampilkan karya seni. "Di beberapa daerah, ada yang tidak terawat. Lampu dibiarkan mati, bahkan ada yang tutup, seperti di Papua," ungkap dia.
Terkait hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan merevitalisasi Taman Budaya secara bertahap. Pada tahun ini, ujar dia, ada 10 dari 25 Taman Budaya di seluruh Indonesia yang direvitalisasi. "Sekarang baru tahap awal, karena nanti akan ada studi dan kajian. Baru lah disiapkan rancangan keseluruhan, tidak hanya bangunan secara fisik, tetapi juga meminta masukan dari para pelaku seni setempat," kata dia.
Pemerintah menyiapkan dana kisaran Rp500 juta untuk membiayai "masterplan" dan kajian dari masing-masing Taman Budaya. Namun ia berharap, revitalisasi kembali Taman Budaya jangan sekadar mengandalkan pendanaan dari Pemerintah Pusat. "Pemerintah daerah sudah sepatutnya bersanding dengan pemerintah pusat agar tujuan ini benar-benar terwujud," tutur Gatot Gautama.
Di lain sisi, pameran lukisan bersama Galeri Nasonal Indonesia ini menjadi kebanggan sendiri bagi para perupa Kalimantan Barat. Seperti halnya Fathul Ihsan. Laki-laki dengan postur kurus tinggi ini mengaku bangga bisa ikut serta pameran, mendampingi karya-karya kaliber nasional dan dapat merenungi hasil-hasil karya untuk merefleksi apa yang terjadi pada zaman mereka. “Terus terang saya bangga bisa ikut serta mendampingi karya-karya caliber nasional. Diharapkan kalbar juga bisa menghasilkan seniman-seniman yang tercatat dalam sejarah di Kalbar pada khususnya dan Indonesia pada umumnya,” kata Desain grafis Pontianak Post ini.
Hal serupa juga diungkapkan Budi Kurniawan, yang juga seorang desain grafis ini. Menurut Budi, ada pesan tersendiri dalam pameran yang digelar ini. Karyanya yang berjudul “Jejak tamak manusia”. Dalam lukisan itu, Budi mengambarkan kerusakan hutan akibat yang ditimbulkan oleh ulah manusia.
“Ada pesan lukisan yang saya pamerkan. Lukisan ini mengambarkan ketamakan manusia sehingga mengakibatkan rusaknya lingkungan. Kita harus menjaga lingkungan hidup, kelestarian hutan dan orang utan. Semoga dengan hadirnya karya ini bsa menggugah orang lain, menggugah kesadaran orang terhadap kelestarian lingkungan,” kata Budi.
Sumber: http://www.pontianakpost.com