Palembang, Sumsel - Kehadiran Songket India mulai menarik perhatian konsumen untuk dikoleksi. Meski belum meningkat secara signifikan, tapi geliatnya mulai dirasakan sebagai pesaing produk lokal yakni Songket asli Palembang.
Harga relatif murah dengan kualitas baik, jadi faktor utama kenapa Songket India diburu pembeli.
Bahkan mayoritas toko yang menjual Songket Palembang, kini sudah menjajakan Songket India itu, seperti di Komplek Ilir Barat Permai, Ramayana, Palembang.
“Jika dilihat sepintas, orang tidak bakal tahu kalau ini Songket India,” ungkap penjaga Toko AA ketika dibincangi Sripoku.com, Jumat (24/7/2015). Menurut keterangan penjaga toko itu, songket India didapatkan langsung dari Jakarta.
Motifnya bunga-bunga dengan satu warna yang mendominasi seluruh kain. Bentuknya langsung selendang, atau berbahan kain saja. Para pedagang kurang memahami kenapa disebut songket India.
Tapi oleh beberapa penjaja di toko, jika diamati motif kain dijual itu mirip yang dikenakan oleh pemain film-film India di televisi.
“Perlahan banyak konsumen yang beli songket pabrikan India,” ujar penjaga Toko AA lagi.
Satu potong songket India berukuran 80 centimeter dikali dua meter, dijual sekitar Rp 200 ribu.
Harga itu dianggap jauh lebih murah bila dibandingkan kain Songke Palembang yang dibanderol paling murah Rp 1 juta.
Bagi penjual, songket India laris karena bisa dibeli oleh masyarakat ekonomi berkecupun atau menengah ke bawah.
Dengan harga yang relatif murah, mereka bisa tampil cantik dengan kain yang kualitasnya tidak kalah seperti asli.
“Cocok dipakai pergi kondangan,” tambahnya.
Pedagang di Sentra Kerajinan Songket Asli Palembang, Kawasan 30 Ilir Tangga Buntung, Toko Hj Romla Fauzi mengakui, ada peralihan konsumen membeli songket India. Meski perubahan tersebut belum terlalu signifikan.
Menurut Adit, anak pemilik Toko Toko Hj Romla Fauzi, pihak tidak terlalu khawatir dengan hadirnya produk mirip Songket Palembang itu. Ia mengklaim Songket Palembang lebih unggul, dari sisi kualitas maupun harga.
“Songket India itu dibuat menggunakan mesin. Sedangkan Songket Palembang masih cara tradisonal. Namanya buatan tangan pasti lebih mahal dan berkualitas,” ungkapnya.
Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membuat Songket Palembang. Paling cepat satu bulan untuk satu songket saja.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan songket India yang bisa menghasilkan banyak karena menggunakan tenaga mesin.
Adit tak tahu dari mana asal songket India itu berasal, makna motif dan kain yang digunakan. Apalagi mengetahui alasan kemunculan songket India yang mirip dengan Songket Palembang, sekedar kepentingan bisnis atau menyaingi budaya Palembang.
Ia hanya memprediksi songket-songket itu diproduksi langsung oleh negara asalnya dan diimpor. Atau, dibuat di Indonesia tapi menggunakan brand India.
“Sekarang kan momen pakaiannya Jodah, dengan unsur India yang lagi tren. Mungkin itu alasannya,” ujarnya Adit yang mempekerjakan 11 orang penenun.
Diakui Romla, Songket India sudah ada di pasar Palembang sejak 2012 silam. Namun gaungnya baru terasa di awal tahun 2015, sejak kemunculan tokoh dan film India di televisi.
Adit mengakui ketenaran Songket India mempengaruhi penjualan Songket Palembang, meski tidak secara signifikan.
“Ada penurunan 40 persen di tahun ini. Biasanya orang-orang banyak beli songket setelah lebaran untuk bingkisan, tapi tahun ini berkurang.
Tapi penurunan itu tidak semuanya disebabkan Songket India, walaupun ada tapi tidak begitu besar karena kami sudah ada pelanggan tetap,” ujarnya.
Adit membagi tips untuk warga Kota Palembang agar tak salah memilih, antara Songket Palembang dengan pabrikan India. Dimulai dari rajutan benang yang ada di kain tenun. Buatan tangan katanya,
“Susunan benang biasanya berantakan, sedangkan buatan pabrik akan terlihat lebih rapi. Perhatikan warna benang. Pada tenun yang asli, warna akan lebih berkilau dari yang tidak asli.”
Sumber: http://palembang.tribunnews.com