Martapura, Kalsel - Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan yang sempat tenggelam selama ratusan tahun lalu, kembali dibangkitkan melalui rangkaian milad yang dilaksanakan sejak 6 Desember hingga 10 Desember 2011.
Raja Muda Kesultanan Banjar Khairul Saleh, di Martapura, Selasa, mengatakan, milad yang pertama kali dilaksanakan di abad ke-21 menandai kebangkitan Kesultanan Banjar yang resmi dikukuhkan setahun lalu.
"Milad ini merupakan era kebangkitan Kesultanan Banjar di abad ke-21," ujar Khairul Saleh, pada peringatan hari Asyura yang merupakan rangkaian milad Kesultanan Banjar di Alun-Alun Ratu Zalecha, Martapura.
Ia mengatakan, tradisi Asyura yang diperingati setiap 10 Muharram itu merupakan tradisi Kesultanan Banjar sebagai kerajaan Islam yang memegang teguh nilai-nilai keislaman.
Kegiatan ini ditandai pembagian bubur Asyura kepada ribuan warga Kabupaten Banjar, diiringi doa keselamatan dan kesejahteraan yang diharapkan selalu melingkupi seluruh wilayah di kabupaten setempat.
"Ada 8.000 porsi bubur Asyura yang dibagikan kepada masyarakat, dan diharapkan mereka dapat menikmatinya sekaligus mendapat berkah pada hari besar yang diperingati umat Islam ini," ungkapnya.
Rangkaian kegiatan lain, kata Khairul Saleh, adalah peresmian Prasasti Pamaton sebagai langkah membudayakan tradisi tulis dalam khazanah budaya Banjar untuk menyelamatkan catatan sejarah Banjar yang hilang ditelan zaman.
"Melalui prasasti itu diharapkan puluhan bahkan ratusan tahun ke depan, anak cucu kita masih bisa membaca dan mengetahui catatan sejarah melalui prasasti-prasasti yang dibangun," ujarnya.
Kesultanan bekerja sama dengan perguruan tinggi di Kalsel, yakni IAIN Antasari dan Universitas Lambung Mangkurat, mengadakan seminar ilmiah mengangkat tema UU Sultan Adam dan Peranan Kesultanan di masa kini.
Tidak ketinggalan rangkaian seni dan ciri khas Banjar di berbagai bidang, yakni lomba kuliner khas Banjar, pameran budaya, pameran Seni Rupa Nasional, pameran Tosan Aji, dan festival Tari Banjar Klasik.
Selain itu, lomba bakisah (bercerita), lomba lagu Banjar, Drama Perjuangan Perang Banjar, dan Wayang Banjar. Tak ketinggalan, kegiatan religius keagamaan, seperti khatam Al Quran, Istigotsah Qubra, dan Lailatul Qiro'ah.
"Rangkaian kegiatan sekaligus sebagai bukti bahwa budaya yang dibangkitkan memegang teguh sisi keagamaan, keilmuan, dan kesenian," kata Khairul, yang juga Bupati Banjar itu.
Sumber: http://oase.kompas.com