Bandung, Jabar - Berdasarkan undangan dari Kedutaan Besar RI Selandia Baru untuk berpartisipasi pada acara Indonesia Fair 2012 di Kota Auckland, Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pariwisata dan Budaya Jabar mengirimkan tim promosi seni dan budaya. Tim yang terdiri dari penari Topeng dan Jaipong Anggraeni (24), lalu Gira Mayang Septantia (27) dan Tata Hendayana (39) dari Saung Angklung Udjo, dan Mojang Jabar 2011/Putri Indonesia 2012 Ryan Putri Astrini (22) berangkat menuju Negeri Kiwi tersebut pada pekan ketiga Oktober 2012 lalu.
Pada Indonesian Fair 2012 yang digelar di Gedung Olah Raga Auckland North Shore Event Centre itu, tim kesenian yang diundang berasal dari provinsi Jabar, Sumatra Barat, Nusa Tenggara Timur, dan DKI Jakarta. Turut diputar pula dua film di bioskop dadakan di lantai dua, yaitu “Garuda di Dadaku” dan “Rumah Tanpa Jendela”.
Selain seni dan budaya, juga terdapat sejumlah stand aneka makanan dan minuman khas Indonesia, lalu stand dari KBRI, Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan juga stand travel, serta aneka produk khas Indonesia dan stand batik.
Dengan demikian selain melihat (seni dan budaya, serta film), pengunjung juga dapat merasakan (cita rasa) kuliner. Bahkan mereka juga mendapat dua bungkus mi instan ketika memasuki kawasan pameran, di mana salah satu petugas pembagi mi adalah putri dari Dubes RI.
TImseni dan budaya Jabar mendapat kesempatan tampil enam kali, yaitu tari Topeng dua kali, tari Jaipong dua kali, dan bermain angklung interaktif dua kali.
Sektor panggung menjadi bagian penampil tari Anggareni, dan angklung yang dipandu Gira dengan iringan keyboard oleh Tata. Sedangkan stand Disparbud Jabar dan satu-satunya provinsi yang mendapat stand pameran dikawal Ryan Putri yang juga menjadi Duta Pariwisata Jabar.
Stand Jabar menampilkan sejumlah foto kekayaan alam dan kuliner, lantas dipajang pula satu set angklung dua oktaf, kain dan baju batik, wayang golek, miniatur kendang dan angklung, kelom geulis, beubeur (sabuk) awi, dll.
Sedangkan untuk mengabarkan event tersebut, selain melalui iklan di media cetak, Dubes RI untuk Selandia Baru, Samoa, dan Kerajaan Tonga, Agus Sriyono sempat tampil di acara “Good Morning” stasiun televisi lokal TV1, Jumat (19/10/12) pagi.
Pada kesempatan tersebut seorang chef, Petrus Verona Purwoko, memperagakan pembuatan Nasi Goreng. Sementara pemandu acara sesekali berbicara dengan Dubes.
Pada sore hari, Dubes Agus Sriyono sempat menjamu para pengisi acara di Angie’s Kitchen, Auckland. Hadir pula jajaran kedubes RI, konjen kehormatan di Auckland, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Menurut Agus, selain hubungan bilateral Indonesia - Selandia baru sedang baik, terbukti dari kunjungan Perdana Menteri Selandia baru John Key ke Jakarta pada April lalu, ada peluang untuk meningkatkan hubungan lewat perdagangan, investasi, dan pariwisata.
"Mari kita mengangkat Merah Putih. Tahun depan kita akan kembangkan lagi destinasi, sehingga warga setempat yang melihat tarian (di pameran) akan datang ke tempat asalnya," ujarnya.
Pada keesokan harinya, Sabtu (20/10/12) pagi rombongan sudah harus berada di lokasi untuk mempersiapkan stand pameran, termasuk latihan beberapa jam sebelum tampil. Pameran dibuka siang hari dengan sambutan dari Dubes, dan para penampil mulai beraksi di atas panggung.
Acara yang diselenggarakan KBRI dan Komunitas warga Indonsia di Auckland itu menampilkan Tari Cendrawasih dari Bali, Tari Njot-njotan dari Betawi, Tari Saman Aceh, Sajojo dan Poco-poco, dan Tari Piring dari Sumatra Barat dibawakan rombongan penari asal Jakarta yang dibawa Kemenparenkraf. Sedangkan delegasi Jabar menampilkan Tari Jaipong dan Tari Topeng, serta bermain angklung interaktif. Sementara wakil dari Nusa Tenggara Timur membawakan lagu “Tanah Air” dan “Mana Lolo Banda” dengan iringan alat musik Sasando.
Sisa udara dingin yang menyergap Auckland yang seharusnya sudah mulai hangat di bulan Oktober seakan sirna ketika tim dari Jabar dan dari provinsi lain tampil di atas pentas. Gerakan gagah dari penari Topeng, Anggraeni dengan iringan musik menghentak setelah upacara pembukaan mampu memukau penonton.
Acara bermain angklung interaktif yang dipandu Gira dan diiringi Tata mengisi penggalan waktu berikutnya setelah tarian Njot-njotan. Sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Selandia baru turut membantu membagi-bagikan angklung.
Gira memandu para pemegang angklung, dari anak-anak hingga dewasa, untuk mengenal cara menggoyangkan angklung, yaitu goyangan pendek-pendek, lalu goyangan panjang, dan goyangan agak panjang.
Kemudian materi ditambah dengan memberikan kode-kode tangan tertentu untuk setiap nada. Hingga akhirnya mulai membawakan sejumlah lagu dengan iringan keyboard oleh Tata.
Dalam tempo 10 menit, para pemula pemain angklung sudah bisa memainkan lagu dengan apik, antara lain “Burung Kakak Tua", “Twinkle-twinkle Little Star”, dan "Heal The World".
“Moodnya dapet,” ujar Gira ketika melihat antusiasme pengunjung dengan berkerumun di dekat panggung.
Demikian pula saat tarian Jaipong dengan musik berirama riang dan gerakan yang lincah dari Anggraeni bisa membuat pengunjung betah menyaksikannya.
Pada pertunjukan angklung interaktif kedua, para pengunjung bisa membawa pulang angklung yang mereka mainkan. Bahkan banyak yang sengaja mendatangi stand Jabar di bagian ujung panggung karena tidak mendapat angklung. Sungguh antusiasme yang menyenangkan dan seakan memupus kerepotan saat membawa ratusan angklung dari Bandung ke Auckland.