Jakarta - Keberadaan ulos yang merupakan kain tradisional suku Batak saat ini nyaris punah karena tak ada perlindungan bagi komunitas budaya ulos. Diperlukan upaya revitalisasi agar ulos tetap lestari. Salah satunya, dengan melibatkan desainer tekstil Tanah Air.
Desainer tekstil Merdi Sihombing yang saat ini memamerkan karya partonun ulos dalam pameran ”Travel in Cloth” di Galeri Nasional, Jakarta, Minggu (21/7/2013), mengatakan, saat ini masyarakat Batak lebih banyak menggunakan ulos untuk acara atau kegiatan adat. Misalnya, ulos yang dipergunakan untuk acara tujuh bulan, perkawinan, ataupun kematian. Adapun ulos di luar adat sulit ditemukan karena sudah tidak ada lagi penenun yang mau membuatnya.
”Harga ulos yang murah menyebabkan kehidupan penenun ulos miskin. Karena itu, penenun melarang anak-anaknya menjadi penenun ulos. Inilah yang menyebabkan ulos-ulos di luar ulos untuk keperluan adat sulit ditemukan atau bahkan sudah tidak ada lagi,” ujar Merdi.
Sejak tahun 2003, Merdi berinisiatif melakukan revitalisasi ulos, misalnya mengganti benang yang tebal menjadi lebih tipis, menggunakan pewarna alami, ataupun sedikit melakukan perubahan berupa pengulangan pada motif-motif ulos tanpa mengubah pakem.
Merdi juga melakukan beberapa terobosan, seperti membuat ulos dengan motif baru yang menggabungkan kekhasan Timur dan Barat. Karya Merdi dapat disaksikan dalam pameran yang berlangsung hingga 16 Agustus 2013.
Enrico Soekarno dan Iriantine Karnaya yang berperan sebagai kurator menuturkan, semangat Bhinneka Tunggal Ika sangat kental terasa dalam kain-kain warisan nenek moyang. Namun, akhir-akhir ini semangat itu seolah luntur seiring proses globalisasi dan efek penyeragaman yang dibawanya.
Generasi muda desainer tekstil Indonesia harus bangkit dengan menggali kembali keberagaman yang dimiliki dan membuat tren dunia. Desainer tekstil juga harus mulai membuat karya yang positif, kreatif, dan inovatif.
Pemerintah juga perlu melihat beberapa negara, seperti India, Thailand, dan Vietnam, yang mendukung penuh dan mempertahankan komunitas budayanya dan pelaku produk budayanya. Dengan harapan, warisan budaya Tanah Air dapat bersaing di pasar global.
Sumber: http://travel.kompas.com