Pekanbaru, Riau - Di tengah serbuan busana modern, tenun tradisional masih bertahan. Salah satunya adalah sentra Tenun Hasnah yang menjadi simbol kreativitas masyarakat Riau.
Sentra di tepian Sungai Siak, Jalan Tanjung Batu, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru ini masih mampu bertahan meski, pemasaran kain tenun ini masih dirasa belum maksimal. Pasalnya, hasil dari rumah kerajinan Tenun Hasnah Munodo masih dipasarkan secara konvensional, dari mulut ke mulut.
"Sentra tenun Hasnah Munodo dirintis sejak tahun 1958 hingga saat ini, dimulai dengan pengarahan dan pelatihan Tenun Siak," Kata pemilik tenun Hasnah Munodo, Encik Hasnah (78), di Pekanbaru, Senin (14/3/2016).
Busana tradisional memang mulai terpinggirkan disebabkan perkembangan zaman dan tren busana berkembang pesat di kalangan anak muda sekarang. Namun rumah kerajinan ini tak pernah sepi dari pesanan.
Menurut Hasnah, Sentra Kerajinan Tenun siak yang diajarkan oleh Wan Siti adalah tenun tumpu yang kemudian berganti dengan menggunakan alat yang disebut "kik". Kik adalah alat tenun sederhana yang terbuat dari bahan kayu.
"Seiring perkembangan zaman, proses pembuatannya juga berubah, alat tenun yang dikenal sekarang bernama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Dengan alat ini waktu pengerjaan kain tenun bisa lebih cepat dengan ukuran kain relatif lebih besar," ujarnya.
Saat ini, kata dia, seiring berjalannya waktu, kain yang dulunya hanya digunakan oleh para Bangsawan Kerajaan Siak, dikenal dengan nama Kain Tenun Siak, sekarang sudah menjadi kain "kebangsaan" orang Melayu Riau.
Terkait proses pengerjaannya, menurut Hasnah dibutuhkan waktu empat sampai lima hari untuk membuat kain Tenun Siak. Sekarang di Rumah Tenun Hasnah Munodo, hanya tersisa tiga orang penenun.
Namun, hal ini tergantung dari motif yang diinginkan, semakin rumit motif maka akan semakin lama waktu pengerjaan. Secara umum, motif dari tenun Siak terbagi atas motif flora, fauna, alam sekitar dan kombinasi dari ketiga motif ini.
Motif flora terdiri dari motif pucuk rebung, kembang sepatu, dan tampuk manggis, sedangkan motif hewan terdiri atas motif semut beriring dan sebagainya.
"Tenun ini dibuat di rumah yang sejak zaman dahulu memang berfungsi sebagai tempat untuk belajar dan membuat tenun. Ini bisa didapatkan di Kabupaten Siak dan juga di Pekanbaru," sebutnya.
Ke depan, dia berharap agar pemerintah bisa memperhatikan para perajin tenun agar terus berkembang, kemudian agar pemerintah bisa melestarikan nilai seni dan budaya dengan membangun kesadaran kepada para generasi muda untuk mencintai seni dan budaya di Indonesia.
Sumber: http://www.suara.com