Gorontalo - Desa Reksonegoro Kecamatan Tibawa yang dihuni masyarakat Jawa-Tondano akan segera memiliki museum budaya. Pembangunan museum ini menegaskan pentingnya Reksonegoro dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Gorontalo.
Dipilihnya Reksonegoro karena desa ini dinilai memiliki banyak kelebihan. Potensi yang ada di desa ini adalah sumber daya manusia (SDM) dan budaya Jawa-Tondano yang masih terpelihara baik. Untuk itu, di masa datang Desa Reksonegoro akan lebih dikembangkan sebagai destinasi wisata budaya yang unik.
"Museum budaya ini sebagai pusat informasi budaya Jawa Tondano, semua hal tentang budaya Jaton akan lebih tertata rapi dan menjadi pusat dokumentasi budaya yang memiliki edukasi tinggi bagi masyarakat," ungkap Nelson Pomalingo, Bupati Kabupaten Gorontalo, Rabu (16/3/2016).
Masyarakat Jawa-Tondano, terbentuk setelah Kiyai Mojo dan 62 orang pengikut dibuang di tanah Minahasa setelah dikhianati Belanda saat perang Jawa tahun 1830.
Mereka kemudian menikah dengan para gadis Tondano yang kemudian melahirkan masyarakat Jawa-Tondano yang unik, percampuran budaya Jawa dan Minahasa.
Keberadaan masyarakat Jawa-Tondano di Gorontalo dimulai pada awal tahun 1900, saat beberapa kelompok datang secara bertahap.
Hingga kini di Kabupaten Gorontalo terdapat beberapa permukiman masyarakat Jawa-Tondano, antara lain di Yosonegoro, Kaliyoso, Reksonegoro, Mulyonegoro dan Bandungrejo.
Tidak hanya berpindah secara fisik, mereka juga membawa kebudayaan uniknya yang hingga kini masih tetap lestari. Kesenian hadrah, salawat jawa, dan dames tetap menjadi ikon tradisi mereka.
Demikia juga dengan kebiasaan merawat tradisi midodareni, tingkeban, hingga kenduren masih dipegang teguh masyarakat Jawa-Tondano.
Sumber: http://regional.kompas.com