Lingga, Kepri - Tidak melulu menunggu even atau perlombaan dan sebagainya, permainan tradisional layang-layang dengung atau waw menjadi salah satu tradisi anak-anak pesisir Lingga mengisi waktu di musim utara. Angin yang bertiup kencang, memungkinkan layang-layang hasil karya tangan anak-anak pesisir Sungai Pinang, Kecamatan Lingga Utara, mengudara meliuk-liuk dan mengeluarkan bunyi dari getaran dawai dari plastik.
Kegembiraan nampak renyah dari raut wajah anak-anak. Meski panas terik, anak-anak maupun orang dewasa ikut berlairan menaikkan layang-layang yang dihias indah berwarna warni tersebut.
“Selalu tiap musim angin utara macam ini, kita main layang-layang. Sudah jadi kebiasaan. Rata-rata di sini (Sungai Pinang) semua pandai buat layang-layang,” kata Yon, Minggu (13/3).
Kebolehan anak-anak pesisir memanfaatkan alam di sekitar menjadikan permainan menarik yang dapat ditemukan di Lingga. Tanaman bambu yang banyak ditemukan, di potong dan diraut halus. Ada juga yang menggunakan batang nibung untuk membuat layang-layang lebih besar. Ukuran bervariasi, mulai dari 0,5 meter hingga 2 meter.
“Bahan-bahannya banyak di sini. Semakin besar layang-layang, semakin kuat menghasilkan bunyi dari getaran resonansinya. Ukuran tergantung yang buat, kemudian kita gunakan kertas tipis menghiasinya biar lebih molek,” tambah Yon.
Meski tidak lagi muda seperti anak-anak yang lain, Yon mengaku masih antusias melestarikan permainan tersebut. Atau hanya sekedar menemani dan melihat anak-anak di kampungnya bermain layang-layang. “Kalau di Sungai Pinang memang cukup terkenal layang-layang dengung atau waw ini. Di Daik, beda lagi. Orang mancing keluang (Kalong) pakai layang-layang. Tantangannya berbeda lagi,” tukasnya.
Sumber: http://batampos.co.id