Serpong, Banten - Proyek Gelanggang Seni dan Budaya di Taman Kota 2 BSD bakal digarap kembali. Anggaran Rp 10 miliar disiapkan supaya gedung tersebut rampung di tahun ini. Namun keberadaan para pedagang tanaman hias masih menjadi kendala. Mereka enggan direlokasi ke tempat baru.
Sekretaris Dinas Tata Kota Bangunan Pemukiman dan Perumahan (DTKBPP) Kota Tangsel, Muqodas Syuhada mengatakan bangunan Gelanggang Seni dan Budaya saat ini baru sekitar 50 persen proses pembangunannya. Pada tahun kemarin, Pemkot Tangsel menggelontorkan Rp 6,8 miliar untuk proyek tersebut.
“Sedang mempersiapkan lelang, semoga saja tidak ada hambatan dalam prosesnya sehingga cepat digarap. Jika ada hambatan paling lelang diulang karena peserta lelang biasanya tidak sesuai dengan kualifikasi makanya kita cari yang sesuai,” tambahnya.
Di Gelangang Seni dan Budaya itu nantinya dibangun ruang pertunjukan, perpustakaan, musholah untuk display pedagang tanaman hias, ruang transaksi pembeli dan penjual, food court, jogging track di atas garis sepadan sungai dilengkapi dengan pendopo berbentuk blandongan.
“Kami buat secara lengkap semua itu untuk masyarakat Tangsel. Mereka bisa datang untuk bertamasya, menyaksikan berbagai pertunjukan seni dan lain-lain. Bisa berolahraga, berbelanja tanaman semua disediakan,” kata Muqodas.
Pedagang tanaman hias nanti akan diatur sedemikian rupa agar menarik. Mereka sengaja ditempatkan untuk turut meramaikan kawasan Gelanggang Seni dan Budaya berkonsep ruang terbuka hijau. Diberikan juga fasilitas untuk bertransaksi bagi masing-masing pedagang sehingga tertata dengan rapi.
Kendati pembangunan sejak 2015 telah berlangsung. Namun pedagang tanaman hias tetap saja membandel menempati lahan yang sudah bukan haknya, sebagaimana dulunya mereka kontrak dengan pengembang BSD sementara kontrak habis dan aset telah diserahkan ke Pemkot. Maka itu DTKBPP membangun tempat berupa bangunan dari bambu di depan MAN Insan Cendikia untuk relokasi.
“Pemkot tak baik bagaimana? Sudah dibangunkan tempat untuk relokasi seluas delapan ribu meter dengan akses mudah dekat jalan, nyatanya mereka tetap tidak mau pindah,” beber Muqodas.
Bangunan dari bambu itu akhirnya ditempati komunitas kreatif. Bahkan di bagian depan akan digunakan bagi pedagang kaki lima asal Jalan Siliwangi Pamulang yang baru-baru ini digusur oleh Satpol PP.
“Supaya tetap maksimal fasilitas ini digunakan oleh anak-anak kreatif. Bagian depan nanti akan digunakan oleh pedagang dari Siliwangi Pamulang,” tambahnya.
Ia berharap Gelanggang Seni dan Budaya serta bangunan bambu yang berlokasi di MAN Insan Cendikia dapat menjadi kesatuan. Masyarakat mulai memahami bagimana upaya pemerintah dalam memanfaatkan lahan untuk hal yang positif.
“Sifatnya penghijauan, maka dengan lahan delapan ribu meter tidak dibolehkan membangun permanen cukup menggunakan bahan ramah lingkungan yakni bambu. Di Gelanggang seni dan Budaya juga akan memanfaatkan getek bambu sebagai moda transportasi mengingat ada aliran kali,” tambahnya.
Salah satu pedagang tanaman hias yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan jika mereka enggan pindah ke tempat baru yang disediakan Pemkot di depan MAN Insan Cendikia. “Kami biasa mendapat pelanggan di jalur ini, kalau kami pindah ke tempat baru, maka pelanggan kami akan hilang,” terangnya.
Sementara, Ketua Umum Dewan Kesenian Tangerang Selatan, H Sobur Poer mengatakan tahapan pembangunan Gelanggang Seni dan Budaya kemungkinan akhir tahun baru selesai. Dengan demikian warga Tangsel dengan bangga memiliki pusat pertunjukan dalam bidang seni dan budaya.
“Tentu ini menjadi satu kebanggan tersendiri Tangsel memiliki Gelanggang Seni dan Budaya sebagai identias diri sebuah kota. Ini harus terus didukung oleh semua elemen penting agar terus berkembang pesat,” ucapnya.
Sumber: http://tangselpos.co.id