Solo, Jateng - Masyarakat Solo menggelar kirab dan sesaji budaya gerhana matahari dengan tema Kala Hayu Perkawinan Alam Raya di Car Free Day Jalan Slamet Riyadi, Solo, tadi pagi. Acara ini sebagai bagian dari menyambut gerhana matahari sekaligus simbol syukur kepada Tuhan atas peristiwa alam itu.
Kirab gerhana matahari diawali dari rumah dinas Walikota Solo, Lodji Gandrung hingga Balai Soedjatmoko. Peserta berjalan sekitar 400 meter. Tampak dalam iring-iringan kirab itu adalah hasil bumi. Seperti gunungan hasil bumi yang berisi beragam sayuran.
Para peserta kirab ini mewakili beberapa elemen tradisi. Seperti penari topeng ireng, pemusik lesung, dan warga negara asing yang membunyikan kentongan. Tak hanya itu, ada juga peserta kirab Red Batik yang mendandani diri dengan kain perca batik serta bambu.
Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo menjelaskan, acara ini sebagai salah satu cara untuk menyambut gerhana matahari. Selain itu juga simbol syukur kepada Tuhan atas peristiwa alam ini.
"Jadi fenomena alam gerhana matahari bukan sebuah kekhawatiran tetapi siklus alam yang sarat kebahagiaan dan kedamaian," kata Walikota yang akrab disapa Rudy ini.
Fenomena gerhana matahari pada 9 Maret 2016 mendatang juga tidak akan dilewatkan para pecinta astronomi, termasuk Komunitas Jogja Astro Club (JAC). Bahkan, komunitas itu siap menerjunkan 100 relawan yang dinamai Laskar Gerhana Matahari.
Ia menerangkan acara nonton langsung gerhana matahari di Kauman akan dimulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 09.00 WIB. Selain melihat langsung fenomena alam itu, komunitas juga akan melaksanakan salat gerhana pada pukul 07.45 WIB di Masjid Kauman.
Mereka akan mendampingi masyarakat Yogyakarta dengan bersenjatakan berbagai alat di sekitar Masjid Gede Kauman. Pembina Jogja Astro Club (JAC) Mutoha Arkanuddin menyatakan pihaknya menyiapkan kacamata dan alat proyeksi guna membantu masyarakat yang ingin melihat gerhana matahari.
Sumber: http://regional.liputan6.com