Peninggalan Arkeologi di Wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara

Oleh Irfanuddin

Kabupaten Minahasa Tenggara merupakan kabupaten baru pecahan dari Kabupaten Minahasa Induk di Propinsi Sulawesi Utara. Dengan luas wilayah 710,83 Km2 dan terdiri atas 6 kecamatan dengan ibukota Ratahan. Wilayah Minahasa Tenggara mempunyai tinggalan arkeologi yang sampai saat ini masih dipergunakan dalam upacara - upacara adat, khususnya hari jadi desa. Tinggalan yang terdapat di Minahasa Tenggara antara lain.

1. Menhir
Dalam masyarakat Minahasa batu menhir dikenal dengan nama batu baranak atau pasak wanua yang merupakan asal mula pendirian atau pentasbihan suatu desa. Menhir ditemukan di wilayah kecamatan Ratahan sebanyak 7 lokasi, sedangkan di kecamatan Tombatu 1 lokasi. Sebagian menhir masih digunakan dalam upacara hari jadi desa. Umumnya desa yang terdapat temuan menhir merupakan desa - desa tua di wilayah Minahasa Tenggara.

2. Lesung Batu
Ditemukan di 3 lokasi, yaitu di kecamatan Ratahan 2 lokasi dan satu di kecamatan Tombatu. Lesung batu di Kecamatan Tombatu sampai saat ini masih dipergunakan untuk upacara - upacara persembahan kepada arwah nenek moyang. Sedangkan yang ditemukan di kecamatan Ratahan sudah tidak insitu lagi karena didatangkan dari wilayah Belang dan sudah tidak berfungsi.

3. Bangunan Pertahanan (Pilboks)
Bangunan pertahanan sisa Perang Dunia II ditemukan di peisisir pantai Desa Buku Buku, Kecamatan Belang. Keadaan bangunan tidak terawat dan sebagian sudah rusak karena abrasi air laut. Masyarakat sekitar mengenal bangunan tersebut dengan istilah stelling.

4. Makam Tua
Makam tua ditemukan di Desa Borgo, Kecamatan Belang. Berupa 7 buah makam yang terletak pada suatu pulau kecil yang dikelilingi pagar dengan bahan batu karang yang dilapisi dengan lapisan kalero.Keadaan makam tidak terawat, dan banyak ditumbuhi semak belukar. Dilihat dari arah penguburan, kemungkinan merupakan makam orang Islam, karena berorientasi Utara - Selatan. Selain itu di Kecamatan Belang banyak pemeluk agama Islam sejak lama.

Dari observasi di lapangan, diketahui sebaran obyek yang paling dominan berupa menhir dan terdapat di beberapa desa yang merupakan desa - desa kuno. Umumnya terletak di dataran tinggi, sedang tinggalan yang di temukan di dataran rendah (pantai) hanya tinggalan bangunan pertahanan sisa PD II dan makam kuno. Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa tinggalan yang terdapat di wilayah dataran tinggi umurnya relatif lebih tua danmasih mendapat pengaruh megalithik, sedangkan yang di dataran rendah (pantai) umurnya relatif lebih muda dan merupakan pengaruh Islam dan kolonial.

Irfanuddin
abdi rendahan Balar Manado

-

Arsip Blog

Recent Posts