Surabaya, Jatim - Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Wisata Religi Ampel, Surabaya, Jawa Timur, menggelar pameran kaligrafi menyambut bulan suci Ramadhan 1431 Hijriyah di Jalan Pegirian selama lima hari mulai 28 Juli hingga 1 Agustus 2010.
"Ini program dan gelaran pertama kalinya untuk pameran seni kaligrafi. Tujuan utamanya memang menyambut bulan suci Ramadhan yang tidak lama lagi tiba," ujar Kepala UPTD Wisata Religi Ampel Mustofa Kholil ketika ditemui di ruangannya.
Pameran akan dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Surabaya, Wiwik Widyawati, Rabu (28/7). Melalui pameran tersebut diharapkan, peminat dan pencinta karya seni, khususnya kaligrafi bisa terakomodasi.
"Saat ini sangat jarang digelar pameran seni kaligrafi, padahal kalau ingin digali, potensi kesenian Islami ini sangat luar biasa. Inilah salah satu alasan mengapa pemerintah menggelar pameran kaligrafi," tukas dia.
Dalam pameran itu, panitia pelaksana memberikan tema "Istikharah" yang berarti memohon petunjuk kepada Allah SWT. Kata Mustofa, tema tersebut dinilai bisa membuat siapa saja berusaha meraih petunjuk dan ridho-Nya.
Dikatakan Mustofa, akan ada sekitar 10 seniman yang akan memamerkan hasil karyanya, di antaranya Bambang Tri, Sulaiman, Djoko Sutrisno, Iwan Suwarno, Imaduddin, Nasrudin, Rohman Gundih, Sulton, Wadji MS dan beberapa seniman kaligrafi lainnya.
Hasil karya mereka akan dipajang di enam stan yang dipersiapkan panitia. Setiap stan akan dibedakan berdasarkan produksi dan bahan membuat seni kaligrafi.
Disinggung mengenai target digelarnya pameran, Mustofa mengaku pameran ini untuk mengidentifikasi kesenia berupa lukisan dan kerajinan kaligrafi di Surabaya. Selain itu, yang terpenting adalah memberikan ruang bagi seniman - seniman kaligrafi untuk berkarya.
"Tentunya juga untuk mengembangkan seni kaligrafi yang seolah hilang dari pandangan masyarakat, sekaligus untuk mempromosikan objek wisata religi Sunan Ampel," paparnya.
Mustofa juga menuturkan bahwa perhelatan pameran kaligrafi ini merupakan forum silaturahmi budaya antara perupa dan masyarakat untuk berkomunikasi, berinteraksi dan bersinergi.
"Secara fisik mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas kekaryaan, secara ideologi peningkatan pada kedalaman tafsir, individu dan psikologis mampu mempengaruhi nilai keimanan, baik pelaku maupun masyarakat," jelasnya. (T.ANT-165/I007/P003)
Sumber: http://www.antaranews.com