Jakarta - Wayang Betawi yang merupakan salah satu produk dan aset budaya bagi Daerah Khusus Ibukota(DKI) Jakarta harus dikembangkan untuk memenangkan persaingan sebagai kota global.
"Modernitas, teknologi, dan infrastruktur yang canggih tidak cukup bersaing dengan kota-kota besar di dunia tanpa pengembangan budaya," kata Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Provinsi DKI Jakarta Rohmad Hadiwijoyo, kepada pers di Jakarta, Rabu.
Rohmad, yang ditemui dalam acara seminar "Kontribusi Wayang Betawi Dalam Rangka Mewujudkan Jakarta Berbudaya", mengatakan, PEPADI memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikan kearifan budaya lokal sehingga mampu berkontribusi untuk Jakarta berbudaya.
"Para dalang Betawi juga harus inovatif dalam mendalang dan harus bisa melakukan terobosan-terobosan dalam mengemas cerita, sehingga bisa meningkatkan minat penonton," ungkap Rohmad.
Kata Igo, dengan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah(APBD) DKI Jakarta sebesar ratusan milyaran rupiah belum mampu menunjang kepentingan budaya daerah.
Igo mengatakan, jumlah 100 pendalang di Jakarta terlalu sedikit untuk menghibur sekitar 9 juta penduduk Jakarta berdasar sensus penduduk 2010 sehingga juga perlu ada pembinaan dan regenerasi dalang.
Rohmad juga mengungkapkan, pembinaan penonton juga menjadi aspek yang tidak kalah penting karena penonton menjadi indikator keberhasilan dalam perkembangan wayang betawi.
Wakil Ketua Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Provinsi DKI Jakarta Igo Ilham mengatakan, melalui modal budaya yang cukup dimiliki oleh masyarakat seharusnya Jakarta menjadikannya sebagai aset daerah.
"Wayang betawi dan produk budaya lain harus dikembangkan dan dikapitalisasi agar mampu berkontribusi positif untuk menggerakan roda investasi, pariwisata. Dan produk jasa lainnya," kata Igo.
Menurut Igo, sekesil apapun modal budaya yang dimiliki DKI Jakarta sedapat mungkin harus mendapat perhatian dan dijadikan peluang untuk terus dikembangkan.
Igo mengungkapkan, dengan strategi yang berorientasi kepada pengembangan sumder daya manusia(SDM) budaya, produk biaya dan tempat budaya yang representatif.
"Produk-produk budaya harus bisa menjadi bahan bakar pendorong DKI Jakarta dalam memenangkan persaingan antar kota-kota besar di dunia," ungkap Igo.
Sumber: http://oase.kompas.com