Potensi Krakatau Belum Dikembangkan

Kalianda, Lampung - Keinginan Pemerintah Provinsi Lampung menjadikan Kepulauan Krakatau sebagai magnet utama pariwisata menghadapi banyak kendala, diantaranya terkait infrastruktur, sarana dan prasarana.

Berdasarkan pemantauan Kompas beberapa hari terakhir di Kepulauan Krakatau, Lampung Selatan, terlihat bahwa potensi panorama di wilayah ini kurang bisa dioptimalkan akibat kendala klasik, yaitu infrastruktur, sarana, dan prasarana.

Jalan yang menuju ke Dermaga Canti, yaitu pelabuhan pintu masuk menuju Kepulauan Krakatau, sangat sempit, yaitu lebarnya sekitar 6 meter. Sehingga, bus besar dipastikan sulit melalui jalur ini. Belum lagi, minim marka jalan yang menjadi petunjuk ke dermaga yang memiliki pantai indah ini.

Fasilitas di dermaga ini pun sangat minim. Tidak punya lahan khusus yang sanggup menampung bus. Dermaga ini hanya sanggup menampung sekitar empat mobil. Padahal, ini adalah dermaga terdekat yang menghubungkan ke Kepulauan Krakatau. Di kota terdekat, yaitu Kalianda, juga tidak ada penginapan yang berkualitas bintang tiga ke atas.

Bahkan, lebih repotnya, tidak ada trayek kapal reguler yang bisa mengantarkan pengunjung ke Krakatau. "Kalau untuk ke Krakatau ya harus nyarter. Rata-rata biayanya mengantar seharian Rp 1,8 juta per kapal," ujar Muhsin Ali, pengelola Dermaga Canti.

Ia beralasan, pengunjung ke Krakatau tidaklah menentu tiap harinya sehingga sulit dibuka trayek kapal reguler. Trayek reguler dari Canti ini adalah ke Pulau Sebesi, yaitu pulau yang berbatasan langsung dengan Krakatau. Kalau ke pulau ini, tarif per orang adalah Rp 15.000.

Kondisi fasilitas dan infrastruktur pariwisata di sini jauh ketinggalan dengan di Carita, Provinsi Banten. Daerah ini selama ini dikenal sebagai pintu gerbang favorit para wisatawan untuk menuju ke Krakatau. Dari Carita atau Anyer banyak ditemui penginapan dengan fasilitas terbaik.

Padahal, secara geografis, Krakatau berada di wilayah Lampung. Kompleks gunung berapi yang fenomenal ini lebih dekat jika diakses melalui Dermaga Canti, Lampung Selatan. Selain itu, jika melalui titik ini, para pengunjung bisa mendapatkan pemandangan tambahan, yaitu gugusan kepulauan Sebeku dan Sebesi. "Sehingga, lebih aman dari ombak tinggi. Beda dengan lewat Banten yang langsung melalui perairan terbuka," ujar Muhsin. Menurut dia, perhatian dari pemda untuk peningkatan infrastruktur dan fasilitas masih minim.

Sahroni, Kepala Desa Tejang Pulau Sebeku, menyayangkan pergelaran Festival Krakatau yang kurang banyak melibatkan warga setempat, yang berdekatan langsung dengan Krakatau. "Kalau dulu, tahun 1998-an, masih ada acara lintas alam yang jalurnya melalui Rajabasa, Canti, dan Pulau Sebeku. Sehingga, di sini bisa ramai. Tidak seperti sekarang yang hanya numpang lewat," ungkapnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts