Jakarta - Batik Belanda dikreasikan dengan sentuhan modern oleh tiga perancang Indonesia, Lulu Lutfi Labibi, Iwan Amir, dan Sischaet Detta pada "The Revival of Batik Belanda" di Jakarta Fashion Week 2013, Rabu.
Iwan Amir mengusung tema Afternoon'I dengan menampilkan balutan kain batik dengan warna pastel, seperti peach, dove green, oranye, khaki, dan biru. Motif floral khas batik Belanda mewarnai 12 rancangan busana kasual siap pakai berupa bolero, dress, jumper, blus, dan celana.
Tidak melulu batik, Iwan pun mengombinasikan batik dengan bahan lain.
"Saya memadupadankan dengan bahan lokal, seperti katun," kata dia pada jumpa media.
Bila karya Iwan didominasi warna pastel, Sischaet Detta bermain dengan dominasi warna emas dan hitam. Dia mengatakan, inspirasi karyanya kali ini adalah perang yang terjadi di zaman VOC bercokol di Indonesia.
"Motif batiknya beda, saya tidak membawa motif floral, tapi motif orang yang lagi perang dan motif becak-becakan."
Kesan tangguh dalam peperangan diinterpretasikan Sischaet mengombinasikan bahan kaku dari kulit dan bahan lembut dari batik. Aksesori seperti kalung rantai emas dan hitam serta kalung yang mirip baju zirah menghiasi 12 busana gala yang dirancang dengan sentuhan edgy.
Sementara itu, Lulu Lutfi Labibi mengombinasikan lurik dan batik Belanda buatannya sendiri dalam 24 koleksi "Shade in Culture".
Dia mengemukakan alasan di balik kombinasi batik Belanda dengan bahan lokal Indonesia seperti lurik.
"Untuk memberi pilihan kalau batik ternyata bagus mix & match dengan bahan lain."
Dia juga memberi nafas baru pada batik Belanda yang biasanya didominasi wana pastel dengan pilihan warna yang berbeda.
"Saya membuat batik Belanda dengan latar hitam," kata dia.
Busana yang ditampilkan didominasi potongan loose, kombinasi lurik warna-warni hijau, kuning, hitam, serta batik bermotif bunga dan burung.
Lulu mempersembahkan ragam busana seperti rompi lilit berbahan lurik, tube dress lilit, bolero, kimono beserta obi, dan celana sequins emas.
Sumber: http://www.antaranews.com