Martapura, Kalsel - Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan berupaya mempertahankan aksara Arab Melayu Banjar sebagai langkah melestarikan seni dan budaya yang berkembang di provinsi setempat.
"Kesultanan Banjar mempertahankan aksara Arab Melayu Banjar melalui kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan seni dan budaya," ujar Raja Muda Kesultanan Banjar, Pangeran Khairul Saleh, Selasa.
Ia mengatakan, hal itu di depan peserta Seminar Budaya dengan tema "reinventing" (upaya menemukan kembali) Bahasa Arab Melayu Banjar di auditorium Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin.
Hal itu dikemukakannya berkaitan dengan kegiatan seminar yang dilaksanakan dalam rangka peringatan hari lahir atau Milad Kesultanan Banjar ke-508 diikuti ratusa peserta terdiri dari tokoh masyarakat, ulama, mahasiswa, akademisi, budayawan dan seniman.
Menurut Khairul, yang juga Bupati Kabupaten Banjar, seminar sehari itu sangat penting bagi masyarakat Banjar mengingat budaya tulis dan tutur adalah sarana abadinya kejayaan masa lampau kini dan akan datang.
"Aksara Arab Melayu Banjar merupakan akulturasi budaya arab dan melayu dalam harmonisasi adat dan tradisi sehingga pelestariannya harus didukung seluruh komponen masyarakat," katanya.
Dijelaskannya, akulturalisasi itu pula yang kemudian menjiwai perkembangan Suku Banjar sekaligus Kesultanan Banjar, dan salah satu hal paling fenomenal adalah munculnya naskah Kitab Sabilal Muhtadin.
Penulisan naskah Kitab Sabilal Muhtadin itu dilakukan ulama terkenal asal Kota Martapura, ibukota Kabupaten Banjar, yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sekaligus menandai kegemilangan aksara Arab Melayu Banjar.
Ulama yang berkiprah pada 1122 - 1227 Hijriyah atau 1710 - 1812 Masehi itu menyumbangkan pemikiran intelektual, dan hasil karyanya yang ditulis huruf Arab Melayu tersebut hingga sekarang menjadi kebanggaan masyarakat Banjar.
"Selain dukungan penuh Kesultanan Banjar, kami juga berharap institusi pendidikan agama Islam menjadi gerbang pertahanan dan sentra pengembangan bahasa dan aksara Arab Melayu Banjar," ujar Khairul Saleh.
Rektor IAIN Antasari Banjarmasin, Prof Dr Ahmad Fauzi Aseri MA, merespon positif seminar budaya bertema Reinventing Bahasa Arab Melayu Banjar bekerja sama dengan Kesultanan Banjar.
"Kami berterima kasih kepada keluarga besar Kesultanan Banjar yang mengajak IAIN Antasari turut terlibat dalam upaya menemukan kembali Bahasa Arab Melayu Banjar, salah satunya melalui seminar ini," ujarnya.
Ia mengatakan, keterlibatan IAIN dan perguruan tinggi lainnya, harus dipahami sebagai salah satu tanggung jawab perguruan tinggi dalam upaya menstimulus, mendorong dan mengawal kajian berbasis kearifan lokal.
Sumber: http://www.antaranews.com