Medan, Sumut - Salah satu situs sejarah perkembangan Islam di Tapanuli Tengah, Sumut, yakni makam para aulia di Desa Kinali, Kecamatan Barus kini terancam punah akibat tergerus banjir yang kerap melanda daerah itu.
"Makam Aulia (ulama) tersebut, kelihatan banyak yang rusak akibat dihantam banjir," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) Bonaparte Manurung di Medan, Rabu.
Barus terletak di pinggir Pantai Barat Pulau Sumatera. Barus pernah menjadi pusat peradaban pada abad 1-17 M sehingga menjadi salah satu tujuan wisata serta bagi para peniliti arkeologi Islam, baik dari dalam dan luar negeri.
Di Kecamatan Barus terdapat 44 makam aulia yang sangat berjasa dalam membangun dan mengembangkan Islam di kawasan itu.
Sebelumnya, Makam Aulia yang berada di Desa Kinali, Kecamatan Barus, Minggu (11/11) hampir hanyut diterjang arus Sungai Aek Sirahar, akibat banjir melanda daerah tersebut.
Manurung mengatakan bahwa kerusakan Makam Aulia tersebut juga telah ditinjau Bupati Tapteng Raja Bonaran Situmeang belum lama ini. "Bupati Tapteng juga prihatin setelah melihat kondisi makam aulia tersebut," ujarnya.
Banjir dan tanah longsor yang melanda empat kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah terjadi Minggu (11/11) sekitar pukul 09.00 WIB.
Empat kecamatan yang mengalami musibah itu, yakni Kecamatan Andam Dewi, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Pandan dan Kecamatan Lumut.
Di Kecamatan Tapian Nauli, dua desa terjadi longsor, yakni Dusun Sibura-bura Desa Tapian Nauli I menghancurkan satu rumah warga milik Barani Zanolo Hulu (30) dan menewaskan putranya Noverianto Hulu (3).
Selain itu, tanah longsor tersebut menutupi badan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Desa Sitahuis, Kilometer 35, Kabupaten Tapteng.
Kemudian, tanah longsor di Jalan Pakat-Barus yang menutupi badan jalan sepanjang lebih kurang 25 meter, sehingga mengganggu arus lalu lintas di daerah tersebut.
Selanjutnya, longsor yang terjadi di Kecamatan Pandan, yakni terjadi abrasi atau pengikisan pinggiran Sungai Pandan dan hanya berjarak dua meter dari rumah penduduk.
Bahkan, abrasi tersebut bisa menimbulkan jebolnya Sungai Pandan dan dapat mengancam keselamatan penduduk di Desa Aek Tolang dan Kelurahan Pandan.
Sumber: http://oase.kompas.com