Padangpanjang, Sumbar - Southeast Asia Malay Art Festival (Sea MAF) atau Festival Seni Melayu Asia Tenggara dibuka dengan peragaan kesenian khasanah berbagai daerah di Indonesia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Malaysia di lapangan Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Minggu (25/11) sore.
Pagelaran bertemakan Rediscovering the Treasures of Malay Culture yang digelar Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI), yang menaungi beberapa perguruan tinggi seni, yakni Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, ISI Yogyakarta dan ISI Surakarta. Kegiatan ini upaya perguruan tinggi seni membangkitkan nilai-nilai Melayu untuk penguatan pembangunan jati diri bangsa.
Rektor ISI Padangpanjang Prof Mahdi Bahar mengatakan, selama ini perguruan tinggi seni kerap menggelar kegiatan bersifat internal, seperti seminar, festival dan lainnya antar perguruan yang bertujuan membangun perguruan tersebut. Nah, ISI Padangpanjang menawarkan BKSPTSI juga harus memperhatikan persoalan eksternal, agar terlibat dalam memecahkan persoalan bangsa.
Melalui gagasan itu, BKS PTSI melihat ini jadi suatu agenda penting dan melahirkan gagasan persoalan Melayu yang diangkat sebagai salah satu persoalan bangsa.
Secara kultural, masyarakat Melayu di Asia Tenggara mayoritas berada di Nusantara. Dengan demikian BKS PTSI harus membangkitkan nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan Melayu, baik dalam artian artefak-artefak yang telah menjadi warisan, maupun tradisi yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat. ”Begitupula konsep pemikiran mendalam dari masyarakat Melayu itu sendiri,” katanya.
Ini bertujuan semakin menguatnya pembangunan bangsa. Pasalnya, karakter anak bangsa mulai memudar, begitu pula generasi jelang usia tua, mulai menanggalkan sopan santun dan raso jo pareso. Baik dalam organisasi, maupun kehidupan sehari-hari.
Padahal telah berjalan sejak ratusan tahun lalu, dengan berdirinya kesultanan-kesultanan. Satu di antaranya adalah Minangkabau yang mengedepankan etika sebagai bentuk filosofi, berbasiskan pada Islam yang juga merupakan dasar dari budaya Melayu.
Mahdi berkeyakinan Pancasila dibangun berlandaskan nilai-nilai tersebut, dikhawatirkan mencapai kehancuran jika tidak dilakukan penggalian kekuatan Melayu.
”Lewat festival ini akan terjalin silaturahim lebih baik. Karena seni akan memberi pengaruh besar terhadap kehidupan. Dengan begitu, isu seperti klaim suatu kebudayaan tak perlu lagi terjadi,” tutur Mahdi Bahar usai pembukaan festival yang dilakukan Menko Kesra Agung Laksono itu.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim menyatakan, melalui festival melayu pertama ini dapat mengembangkan budaya Melayu dan mengungkap asal usulnya yang bersumber dari Indonesia. Ini berangkat dari publikasi selama ini yang menggambarkan budaya Melayu tidak dari Indonesia.
Sea MAF yang berlangsung hingga Kamis (29/11) nanti, beberapa festival diadakan yakni pertunjukan seni gerak, visual, artefak, film dan seminar. Diadakan di lima lokasi, yakni di Rumah Budaya Fadli Zon Aia Angek Cottage, Graha Serambi, Gedung M Syafei, Hoeridjah Adam dan aula DPRD Padangpanjang.
Sumber: http://padangekspres.co.id