Banda Aceh, NAD - Penjabat Bupati Aceh Tengah Mohd Tanwier meminta berbagai pihak untuk berperan aktif menyelamatkan alat musik "bambu gayo" dengan mempopulerkan kembali alat musik tradisional itu di masyarakat.
"Di Indonesia bambu banyak digunakan sebagai alat musik tradisional, seperti Sasando di NTT, Saluang Sumbar, Calung dan Angklung di Jabar. Ternyata di dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah) juga menyimpan alat musik dari bambu," katanya di Takengon, Senin.
Namun melalui Kabag Humas Pemkab Aceh Tengah Windi Darsa, penjabat bupati mengatakan, alat musik bambu dari dataran Gayo itu belum populer termasuk ditengah-tengah masyarakat Aceh.
Padahal, katanya, alat musik bambu dari dataran Gayo itu mulai dari suling, bansi, teganing, kecapi dan gerantung tidak kalah menariknya dengan alat musik tradisional lain.
Karena itu, Tanwier mengajak komunitas seni budaya dan warga khususnya Aceh Tengah bersama-sama mempopulerkan kembali alat musik bambu yang telah mengiringi kehidupan masyarakat setempat sejak masa lalu.
Di pihak lain, penjabat bupati menjelaskan festival musik bambu yang mulai digelar diharapkan bertujuan untuk menguatkan komitmen dalam upaya bersama memajukan seni musik tradisional tersebut.
"Alat musik bambu yang kita miliki harus dapat lestari dan memiliki nilai jual baik sebagai alat seni maupun sebagai upaya menarik minat wisatawan," katanya menambahkan.
Pemerintah mendukung upaya menggali dan melestarikan nilai seni dan budaya. "Karena saya yakin melalui seni dan budaya maka terpancar nilai-nilai luhur, makna, karakter serta pranata hidup yang telah lama melekat dalam masyarakat Gayo di Aceh Tengah," katanya menambahkan.
"Masyarakat kita dahulu membangun kehidupan dan kebersamaan melalui seni dan budaya miliki. Kita semua tentu menginginkan nilai-nilai dan karakter tersebut menjadi bagian dari kehidupan sekarang," kata dia mengharapkan.
Sumber: http://oase.kompas.com