Tanjungpinang: Bandar Budaya Plus

Oleh Abdul Basyid

Mencoba untuk membandingkan Kota Tanjungpinang dengan kota-kota lainnya yang ada di Indonesia. Tentu ada satu hal yang akan tertanam dalam benak kita semua. Apa sebenarnya kelebihan Kota Tanjungpinang yang ada dalam pemikiran kita. Bagi yang menyenangi entertainment, tempat hiburan tak punya, tempat permainan anak dan keluarga tak punya. Bagi yang mempunyai jiwa konsumtif, tempat shopping center yang representatif juga tak ada. Kalau mengklaim memiliki view yang indah, tentu yang lainnya juga demikian. Jadi, apa kelebihannya?

Kota Tanjungpinang tampil dengan begitu sangat sederhana, tapi mempunyai potensi yang besar, serta daya tarik yang khas yang tak dimiliki oleh kota-kota kainnya di Indonesia. Setiap orang yang pernah menetap, bertugas, dan bersekolah di kota ini, ketika bertemu di belahan wilayah lainnya di Indonesia, selalu bercerita tentang keberkesanan yang mendalam akan kota ini.

Mengingatkan akan kenangan masa lalunya, yang sulit dilupakan. Bandarnya dikelilingi laut membuat kita tenang, damai. Kehidupan sehariannya tidak merasa tergesa-gesa, tanpa macet (traffic jam) , serta tidak tertekan oleh hiruk-pikuknya pabrik dan industri-industri besar. Pribadi–pribadi warganya mempunyai nilai positif (imej baik) disegani di mata orang luar. Mungkin karena kedekatannya dengan Singapura dan Malaysia (era petro dolar). Sebuah rasa memiliki yang mendalam (sense of belonging) warga kota akan daerahnya merupakan sebuah nilai plus yang tidak dimiliki oleh kota lainnya di Indonesia. Warga kota akan sangat bangga apabila ditanya ”dari mana asal daerahnya”. Tidak ada keraguan dalam menjawab pertanyaan asal daerahnya. Ini juga mungkin dipengaruhi oleh usia Kota Tanjungpinang yang telah mencapai 225 tahun pada 6 januari 2009 lalu. Warga mempunyai ikatan emosional yang mendalam terhadap bandarnya.

Ini dapat dilihat melalui:
Pertama, Kemajemukan masyarakatnya telah ada sejak puluhan tahun, bahkan ratusan tahun yang lalu, ditandai dengan pemakaian bahasa Melayu yang dapat ditemui sehari-harinya, juga mempunyai pemuda yang gagah-gagah, cantik-cantik dan cerdas, karena terbentuk dari gen yang heterogen. Tentunya faktor makan ikan juga sangat berpengaruh. Kedua, Jalinan silaturrahim yang begitu kental dengan saling mengenal antara satu dengan yang lainnya (big family)

Ketiga, Mewarisi jiwa kepahlawanan dan semangat rasa nasionalisme yang tinggi, yang diwarisi oleh para pejuang keluarga pahlawan nasional Raja Ali Haji, Raja Haji beserta kaum kerabatnya. Keempat, Kegiatan kebudayaan dan sifat religi warganya selalu hidup dan terpelihara dengan baik

Kelima, Sangat terbuka (fairly), ini dikarenakan dikelilingi oleh laut yang memiliki pelabuhan yang banyak disinggahi oleh para pedagang. Keenam, Memiliki semangat kepahlawanan dari nilai historis awal terbentuknya Tanjungpinang, yakni diambil dari momen kemenangan Raja Haji, ditandai dengan perang melawan penjajah Belanda dengan keberhasilannya menenggelamkan kapal belanda Malaka’s Walvarenq.

Selain yang disampaikan di atas, ada satu keunggulan yang perlu disampaikan kepada khalayak ramai dan ini menjadi poin tertinggi bagi kota ini, yakni tingkat keamanan yang begitu baik untuk tingkat ibu kota provinsi. Indikator yang dapat diambil, yakni rendahnya tingkat kriminalitas yang terjadi. Dalam ukuran sederhana secara random, yakni minimya tingkat kriminalitas yang disajikan oleh media nasional, baik cetak maupun elektronik, bila dibandingkan dengan kota lainnya di Indonesia.

Seiring kemajuan pembangunan bidang ekonomi sebuah ibu kota provinsi, tidak akan selalu identik dengan kenaikan tingkat kriminalitas yang timbul, apabila pembangunan yang dijalankan tidak terjebak pada tuntutan pembangunan ekonomi liberal yang sedang melanda negeri ini. Sehingga warga kota, wisatawan nusantara dan wisatawan manca negara merasa aman berada di wilayah ini.

Pada awal tahun 60-an sampai akhir 80-an, banyak para pelajar menuntut ilmu di kota ini, seperti dari, Pontianak, Natuna, Batam (khusunya Pulau Sambu, Belakangpadang, Sekupang, Batu Ampar dan pulau sekitarnya), juga dari Karimun, Tanjung Batu, serta dari Tembilahan sekitarnya. Para orang tua begitu percaya bahwa Tanjungpinang mempunyai sekolah dengan guru-guru yang lebih senior berkwalitas dan lingkungan pergaulan yang baik.

Khayalan dan keinginan terbayang ketika memasuki kota-kota ibu kota provinsi sejenis, seperti Yogyakarta, Denpasar dan Padang, yang juga mempunyai pantai. Di ketiga kota ini nampak begitu tenang, aman, damai dan kreatif. Suasananya penuh diwarnai dengan kebudayaan, suasana untuk selalu mempertahankan dan mencintai budaya yang ada ditandai dengan selalu saja ada kegiatan dan misi yang mengarah pada budaya; sejarah, lahir dan tumbuhnya kota dilatarbelakangi oleh nilai sejarah dan heroik kepahlawanannya.

Pendidikan, dimana-mana banyak pelajar dan mahasisiswa yang haus dan syarat akan kekayaan ilmu pengetahuan, serta memiliki kemampuan dan mengikuti tehnologi terkini; relief bangunan yang khas, kota dipenuhi oleh bangunan–bangunan peninggalan lama yang dipertahankan. Kreatifitas masyarakatnya selalu mempunyai inovasi untuk berkreatifitas, artinya meskipun mempunyai minda / brain (wawasan yang luas) yang dipengaruhi oleh budaya asing, akan tetapi tetap bangga akan produk lokal yang dihasilkan; tidak terpengaruh liberalisme modern, meskipun begitu banyak turis asing manca negara yang datang.

Kehidupan perekonomian warganya, ditandai dengan bergeraknya sektor riil, usaha mikro, kecil dan menengah mandiri. Tidak perlu ada asap industri yang mengepul, penuh polusi. Begitu juga suasana Kota Bandung juga hampir menyerupai, akan tetapi aroma dan nuansanya beda, mungkin karena tidak ada pantai. Harapan agar kota ini ke depan dapat memanjakan warganya melalui soft infrastruktur untuk beraktifitas, dengan memperbanyak tersedianya ruang publik untuk berehat di taman kota, membaca buku, olahraga, berjalan kaki dengan aman di trotoar (pedestrian) yang representatif. ***

, agar tidak membahayakan pengguna, sehingga penggemar sepeda dan pejalan kaki dapat lebih leluasa beraktifitas, begitu juga kedepan kemungkinan tuna netra dapat memanfaatkan dan menikmatinya. Keunggulan Imej yang telah baik ini perlu dimengerti oleh seluruh stake holder yang ada, agar perencanaan ke depan kota ini dapat lebih maju dengan ciri-ciri khas dari budaya yang telah mengakar pada jiwa warga Kota Tanjungpinang. Di sinilah keunggulannya

Oleh: Abdul Basyid S.Sos, MH
Kabid Bina Usaha, Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Tanjungpinang.

-

Arsip Blog

Recent Posts