Oleh Bambang Budi Utomo
Bangunan pendopo itu mungkin dibuat dari bahan yang mudah rusak, seperti kayu atau bambu dengan atap dari ijuk. Bangunan candi utama berdiri di atas batur yang tinggi dengan tangga naiknya terletak di sebelah timur. Bagian atas batur merupakan selasar yang dapat dipakai untuk mengelilingi badan candi.
Pada bagian ujung tangga naik, di sebelah kiri dan kanan, terdapat hiasan makara. Di bagian atas pintu masuk terdapat hiasan kala yang juga terdapat di bagian atas relung-relung di setiap sisi. Di sebelah kiri dan kanan pintu masuk, terdapat relung untuk menempatkan arca Mahkla dan Nandiwara. Namun sayangnya kedua arca penjaga itu sekarang sudah hilang.
Candi Jajawi konon merupakan sebuah candi, tempat memuliakannya Raja Kertanagara yang memeluk agama iwa-Buddha. Sebagai ciri bahwa candi itu merupakan sebuah bangunan iwa-Buddha, terletak pada bentuk atap dan arca-arca yang ditemukan. Puncak atap candi berbentuk genta atau stupa yang merupakan ciri agama Buddha, sedangkan arca-arcanya merupakan ciri agama iwa. Arca-arca yang ditemukan di candi ini antara lain arca Ardhanari, Durg, iwa Mahguru, Ganea, Mahkla, dan Nandiwara.
Di dalam Kakawin Ngarakrtgama Candi Jajawi dilukiskan sebagai bersifat iwa di bagian bawah dan bersifat Buddha di bagian puncak. Di dalamnya terdapat arca iwa yang sangat indah dengan arca Aksobhya di atas mahkotanya.
Penelitian di Candi Jajawi menunjukkan bahwa rupanya memang pernah dilakukan pemugaran terhadap candi itu pada masa lampau. Di antaranya karena tampak dengan nyata bahwa kaki candi itu sebagian tubuhnya terbuat dari jenis batu yang lain dari puncaknya yang berbentuk genta. Selain itu,sebagian besar arcanya ditemukan dalam keadaan hancur.
Seperti yang dinyatakan dalam Ngarakrtgama, memang arca induknya adalah arca iwa Mahdewa yang kini tinggal bagian kepalanya saja. Selain itu didapatkan bagian-bagian arca Ardhanari, Brahm, dan Ganea serta dua arca lain, dan sebuah arca Durg dan Nandiwara yang masih utuh. Ditemukan juga sebuah batu candi yang berangka-tahun 1332 Masehi. Mungkin sekali angka-tahun pemugaran Candi Jajawi dilaksanakan setelah arca-arca itu tersambar petir pada tahun 1331 Masehi.
Candi Jajawi yang lebih dikenal dengan nama Candi Jawi ini, terletak di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, di sebuah lembah sisi timurlaut Gunung Arjuna pada ketinggian +285 meter d.p.l.
Bangunan Candi Jawi seluruhnya dibuat dari tiga jenis batu, yaitu andesit (batur dan kaki), batu kapur (badan dan atap), dan bata (pagar, gapura, dan parit). Ukuran luas bagian kakinya sekitar 200 meter persegi (14,2 x 14,2 meter), luas bagian badannya sekitar 30 meter persegi (5,4 x 5,4 meter), dan tingginya 24,5 meter. Di dalam bilik bangunan terdapat yoni. Pada bagian langit-langit bilik bangunan terdapat relief yang menggambarkan seorang penunggang kuna yang dikelilingi lingkaran cahaya.
Pada waktu dilakukan penyelidikan yang dimulai tahun 1938, dapat diketahui bahwa candi itu semua merupakan sebuah kompleks percandian yang cukup besar, berdiri pada dua halaman. Halaman luar dikelilingi pagar tembok dengan gapura di setiap sisinya (gapura sisi barat sebagian berhasil dipugar. Di bagian dalam tembok keliling ada parit selebar 2,5 meter yang mengelilingi halaman kedua. Bekas-bekas jembatan untuk menyeberangi parit terletak di sisi timur. Dari sini dapat diketahui bahwa bagian depan kompleks ada di sebelah timur. Setelah menyeberangi parit terdapat undak-undak untuk menuju halaman kedua. Di halaman kedua itulah terletak candi utama yang berdiri megah. Berhadapan dengan bangunan utama terdapat bekas-bekas teras rendah yang semula merupakan pendopo, tempat melakukan upacara keagamaan.
Sumber: http://www.budpar.go.id