Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengaku, Indonesia sangat potensial menjadi pengekspor batik terbesar ke Thailand dan Malaysia. Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang tercatat dalam lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa bidang Kebudayaan, UNESCO.
"Terutama Malaysia, kita bisa mengekspor produk berbasis budaya. Orang Malaysia enggak ada ide mengenai batik. Mereka nyontek melulu tuh," kata Ketua Umum APINDO, Hariyadi B Sukamdani saat berbincang dengan wartawan di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (13/4/2015).
Selama ini, lanjutnya, ekspor batik Indonesia ke Negeri Jiran itu masih minim. Diakui Hariyadi, produk batik Indonesia sulit menembus pasar Malaysia karena pemerintah setempat sangat ketat menjaga dan melindungi pelaku usaha tekstil dalam negeri.
"Mereka menutup benar ekspor tekstil, termasuk batik kita ke Malaysia dengan alasan melestarikan budaya mereka. Sama sih dengan Indonesia, tapi bedanya industri batik di Indonesia enggak semuanya printing, tapi batik tulis," paparnya.
Meski menjadi pusat tekstil batik, bukan berarti negara ini bebas dari impor produk batik printing. Justru produk desain batik asal China menyerbu Indonesia. Atas dasar itulah, Menteri Perdagangan (Mendag), Rachmat Gobel akan menerbitkan peraturan yang akan melarang impor tekstil desain batik dari China. Saat ini, pihaknya sedang berkoordinasi dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Menteri Perindustrian Saleh Husin.
"Ini saya lagi bicara dengan Menteri Pariwisata dan Menteri Perindustrian. Koordinasi sangat perlu," ujarnya.
Rachmat mengatakan, hal ini harus dilakukan untuk melindungi produk warisan budaya Indonesia secara turun temurun agar tidak punah digerus serbuan impor. Di samping itu, menjaga pelaku usaha batik dalam negeri, khususnya di bidang usaha batik cetak atau printing agar bisnis tetap langgeng.
"Banyak tekstil kita impor dari China tapi desain batik. Ini harus kita hambat, jika tidak, industri batik kecil printing pasti akan mati. Juga untuk songket dan lainnya," paparnya.
Sekadar informasi, Indonesia mengimpor kain batik dan produk jadi batik dari China dengan nilai 30 juta dolar AS atau Rp 285 miliar sepanjang 2012. Serbuan barang tekstil batik dari Negeri Tirai Bambu itu terjadi sejak empat tahun yang lalu
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat sebanyak 1.037 ton produk batik yang masuk dari China ke Indonesia dengan nilai 30 juta dolar AS. Impor terbesar adalah untuk jenis kain tenmrdicetak batik, yaitu sebanyak 677,4 ton senilai 23,3 juta dolar AS dan kain tenun yang dicetak dengan proses batik sebanyak 199,2 ton dengan nilai 1,8 juta dolar AS pada 2012 lalu.
Sumber: http://bisnis.liputan6.com