Lebak, Banten - Kerajinan tenun hasil produksi masyarakat komunitas adat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, diminati wisatawan karena warnanya berbeda dengan tenun lain di tanah air.
"Wisatawan yang berkunjung ke sini membeli kain tenun dengan jumlah banyak," kata Meti, seorang perajin Baduy warga Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Kamis.
Selama ini, permintaan tenun cukup tinggi, teruatama para wisatawan dari berbagai daerah yang melakukan perjalanan wisata budaya di kawasan Baduy.
Sebagian besar wisatawan domistik dari Jakarta, Bandung, Bogor dan Bekasi.
Mereka para wisatawan membeli kain tenun Baduy untuk dijadikan kenang-kenangan dengan alasan tradisional juga memiliki nilai seni.
Benang bahan baku kain tenunan didatangkan dari Majalaya Bandung, Jawa Barat.
Kerajinan kain tenunan dikerjakan kaum perempuan dengan peralatan secara manual.
Biasanya, kata dia, untuk mengerjakan kain dengan ukuran 3x2 meter persegi bisa dikerjakan selama sepekan.
Mereka para perajin merajut kain tenun sambil duduk di balai-balai rumah yang terbuat dari dinding bambu dan atap rumbia.
"Kami sudah puluhan tahun menjadi perajin tentu dan bisa memenuhi ekonomi keluarga," katanya.
Salah seorang perajin warga Baduy Luar, Jali mengaku selama ini permintaan kain dan batik Baduy meningkat sehingga wisatawan domistik dari luar daerah setiap hari datang ke perkampungan Baduy.
Adapun harga kain tenun dan pakaian batik Baduy itu tergantung kualitas mulai Rp70.000 sampai Rp350.000/busana.
"Selama ini banyak wisatawan domistik semakin mencintai produk Baduy," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengatakan, pihaknya terus melakukan pembinaan diversifikasi produk kerajinan tenun dan batik Baduy.
Saat ini, tercatat 50 perajin tenun dan batik Baduy terus dikembangkan karena dapat menumbuhkan ekonomi lokal.
"Kami berharap kerajinan tenun Baduy itu dapat menyerap lapangan pekerjaan juga meningkatkan pendapatan ekonomi mereka," katanya.
Sumber: http://www.antaranews.com