Purbalingga, Jateng - Pemerintah menggelar pementasan seni tradisional di obyek wisata Goa Lawa, Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, pada Minggu 24 Mei 2015. Kesenian yang ditampilkan untuk menarik kunjungan wisatawan itu terdiri dari Lengger Calung, Thek-thek (kentongan), dan seni Tandak Lesung.
Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Prayitno mengatakan, pentas seni tradisi tiga jenis ini merupakan yang pertama digelar di Goa Lawa. Biasanya, hiburan di Goa Lawa dilakukan melalui pementasan musik dangdut.
“Pada hari-hari libur, kami biasanya bekerjasama dengan Kelompok Sadar Wisata Desa Siwarak, untuk menampilkan musik kenthongan. Karena animo penonton lumayan antusias, maka kami menambah dengan pentas lengger calung, dan seni Tandak Lesung,” kata Prayitno, Jumat 22 Mei 2015.
Prayitno mengatakan, untuk grup seni lengger calung menampilkan grup dari Desa Tlahab Lor, Kecamatan Karangreja. Sedang seni Tandak Lesung ditampilkan dari 18 kecamatan se-Purbalingga.
“Setiap kelompok seni Lesung beranggotakan 10 orang, mereka diberi kesempatan tampil selama tujuh menit per kelompok. Pihak kami menyediakan delapan buah lesung dari kayu mahoni. Nantinya yang juara, lesungnya sebagai hadiah,” kata Prayitno.
Menurut Prayitno, jika animo pengunjung pada penampilan perdana ini membludak, maka pemerintah akan mengagendakan pementasan seni tradisional secara rutin di obyek wisata tersebut.
"Prinsipnya, kami ingin menghibur wisatawan, mereka berlibur untuk refreshing, makanya harus kami layani dengan baik, dan bisa memiliki kenangan setelah berkunjung ke Goa Lawa,” ujarnya.
Prayitno menambahkan, pada pementasan seni tradisi ini, akan dilakukan kampanye sapta pesona sadar wisata. Kampanye ini melibatkan seluruh pelaku wisata di obyek wisata Goa Lawa. Mereka terdiri dari tukang parkir, pedagang kaki lima, pemilik warung, pengelola, penjual souvenir, pemandu wisata, sampai petugas kebersihan.
“Kami tidak ingin ada pengunjung kecewa karena sikap pelayan wisata di Goa Lawa. Jika kecewa mereka tentu akan memiliki kesan yang kurang baik, dan dampaknya tentu pada jumlah kunjungan wisatawan,” kata Prayitno menambahkan.
Sumber: http://www.tempo.co