Bandung, Jabar - Menjaga serta melestarikan seni tradisional bukan hanya tugas para seniman, tapi juga seluruh elemen penerus bangsa. Semangat ini begitu terasa di Saung Budaya Unikom.
Setelah kegiatan kuliah selesai, puluhan mahasiswa Universitas Komputer (Unikom) yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Saung Budaya (Sadaya) tak langsung pulang ke rumah atau tempat kos. Mereka sengaja meluangkan waktu berkumpul di salah satu ruangan di lantai lima gedung kampus untuk berlatihan seni tradisional.
Meski ruang yang tersedia tidak begitu luas, namun antusias seluruh anggota UKM Sadaya yang berasal dari berbagai jurusan di Unikom ini cukup tinggi. Terbukti dalam setiap pertemuan, lebih dari 30 mahasiswa antusias mengikuti kegiatan latihan.
Saat berlatih, terlihat raut wajah para mahasiswa itu tampak ceria, meskipun mereka baru saja mengikuti kegiatan kuliah. Ada yang tertawa bahagia, ada yang serius untuk mengikuti melatih gerakan, ada pula yang konsentrasi membuat karya musik untuk dipadukan dengan cabang seni lainnya.
Ketua Ke-8 UKM Sadaya Unikom, Kamilah Noer mengatakan, UKM Sadaya Unikom bergerak di bidang seni tradisional. Meski kampus mereka berada di Jawa Barat, mereka tidak hanya mengembangkan kesenian Sunda, tapi juga seni tradisional dari berbagai daerah di Nusantara. Untuk memfasilitasi para anggota, UKM Sadaya memiliki empat divisi yaitu, angklung, tari, perkusi, dan rampak kendang.
"Bedanya dengan UKM di kampus lain, di Sadaya Unikom ini ada divisi perkusi. Di Sadaya sendiri sudah ada tradisinya, misalnya, anggota baru wajibkan masuk divisi angklung. Setelah resmi menjadi anggota Sadaya mereka boleh memilih dari ke empat divisi itu, mau semuanya diambil juga enggak apa-apa," ujar Kamilah saat ditemui di Kampus Unikom Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Selasa (19/5).
Meski Sadaya memiliki empat divisi, namun masing-masing tidak berjalan sendiri-sendiri. Pengelola UKM ini selalu mencoba mengkolaborasikan antara satu divisi dengan divisi lain. Misalnya saja, rampak kendang dan tari. Hal ini dilakukan agar tercipta suatu kolaborasi yang menarik.
"Saung Sadaya itu dibentuk pada 2008 tepatnya 25 Februari. Ini satu-satunya UKM yang bergerak di bidang seni yang ada di Unikom. Dengan lahirnya Saung Sadaya, diharapkan anak muda jauh lebih peka terhadap suatu kebudayaan yang ada di Indonesia ini," terangnya.
Kamilah menilai, sejauh ini kepedulian anak muda terhadap budaya masih sangat rendah, dikarenakan derasnya arus budaya asing yang masuk ke Indonesia, sementara untuk budaya Indonesia sendiri hampir terlupakan.
"Intinya kita di sini pengin melestarikan budaya yang ada di Indonesia. Yang saya lihat zaman sekarang masih kurang minat anak muda kepada budaya itu sendiri, padahal kalau kita lihat budaya di Indonesia itu sangat kaya sekali," terangnya.
Menurut data yang ada, UKM Sadaya memiliki lebih dari seratus orang anggota yang terdiri dari mahasiswa berbagai jurusan di Unikom. Namun, untuk anggota aktifnya sendiri kurang lebih mencapai 50 orang.
"Total anggota ada 150 orang. Yang masuk sadaya itu bukan berarti orang-orang yang sudah mahir dalam musik, tapi Saung Sadaya itu terbuka bagi mahasiswa yang mau belajar tentang budaya dan seni," ujar mahasiswa jurusan Akuntansi ini.
Dia mengatakan, mengingat anggota mereka cukup banyak, saat ini kendala utama mereka adalah mengenai fasilitas yang minim. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dalam setiap latihan pihaknya harus membagi waktu dengan divisi-divisi lainnya. "Kita berusaha memaksimalkan tempat ini, kadang kalau latihan sebagian ada yang di luar," terangnya.
Kamilah berharap, UKM Sadaya Unikom tetap bisa menjaga ikatan kekeluargaan, dapat terus melestarikan budaya Indonesia bahkan mengenalkannya ke kancah Internasional. "Buat anak-anak muda jangan gengsi untuk melestarikan budaya Indonesia, justru kita harus bangga dengan budaya Indonesia," pungkasnya.
Sumber: http://www.inilahkoran.com